Di dalam matamu pernah kutemukan cahaya semisal lampu taman yang redup membayang senyap dalam ingatan. Dan aku di hanyutkan kerinduan yang mendalam namun sirna di tengah perjalanan.
Bagaimana pun juga kita pernah menempuh waktu dan jarak bersama-sama di mana kamu sebagai bidadari yang tak terbantahkan. Kita sepakat untuk memenuhi ruang hati kita dengan rindu-rindu yang di ikatkan bersama kembang.
Maka berlayarlah kita menuju dermaga cinta di mana kau dan aku akan bersatu untuk selamanya. Menjemput masa depan, mengais harapan-harapan gemilang. Ku bulatkan tekadku untukmu.
Sungguh, seolah-olah kita tak akan pernah berpisah meski hantaman ombak di dinding perahu semakin besar. Kataku kuatkanlah pegangan tanganmu jangan sampai terlepas. Namun kamu lebih dahulu mabuk ketimbang aku.
Kau lepaskan pegangan tanganmu dan kau berenang mencari perahu yang lebih mapan berlayar ketimbang perahuku yang rapuh, kamu bilang jalan yang ku lalui terlalu riskan di tempuh dan kau tak sanggup bersama lagi di atas perahuku.
Oh akhirnya aku pun terombang-ambing sendirian menekur dalam kekecewaan tenggelam di tengah samudera yang dalam sebelum perahuku merapat di dermaga cinta.
Handy Pranowo
13june2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H