Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pulang

21 Juni 2018   22:13 Diperbarui: 21 Juni 2018   22:39 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akan ku dayung perahuku ke tengah lautan, bersama rindu dan cinta yang gemetar. Aku panggil gelombang, ku dendangkan nyanyian ikan-ikan. Dan seribu jalan di tengah penantian pulang adalah harapan bagi bunda tersayang.

Angin berhembus melewati tirai-tirai senja, menerbangkan seluruh jiwaku menempuh luas samudera. Sepasang camar bermanja-manja di udara, melangitkan asmara yang telah lama sirna. Lihatlah langit biru tanpa awan bagai cermin besar memantulkan bayanganku ke dasar lautan. 

Inilah saatnya, inilah waktunya melepas segala sedih, melepas segala amarah, sementara terus ku kenang wajahmu yang pasrah di gulung ombak, aku tengah di bangkitkan pada kerinduan yang dalam.

Tunggu aku, tunggu aku, perahuku pasti kan sampai di dermaga biru tempat pertama kali kau melepasku dengan air mata yang pernah beku. 

Handy Pranowo

21June2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun