Menghitung waktu, menikmati takdir dalam hidup. Nasib baik, nasib buruk, saat berpisah, saat bertemu bagai untaian air hujan yang terjalin jatuh ke bumi membuat genangan air mata, membuat kenangan tak terlupa.
Kita tergeletak, merangkak, berjalan, menepi, hari-hari penuh dengan ambisi sekedar menunggu datangnya waktu yang pasti. Waktu di mana hidup berakhir dan kita tak lagi mampu berdzikir.
Segala sesuatu akan menua pada akhirnya, musnah dan binasa. Kesunyian akan menjemput dan gelap datang tanpa di duga. Tak seorang pun tahu, tak seorang pun dapat menerka. Hidup yang di lalui begitu gaib, segala kesenangan dan penderitaan adalah lagu yang mesti di nyanyikan.
Maka di sisi manakah kau akan mentertawakan hidupmu di kala suaramu sumbang menyanyikannya.Â
Handy Pranowo
3218
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H