Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidup

3 Februari 2018   23:18 Diperbarui: 3 Februari 2018   23:20 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menghitung waktu, menikmati takdir dalam hidup. Nasib baik, nasib buruk, saat berpisah, saat bertemu bagai untaian air hujan yang terjalin jatuh ke bumi membuat genangan air mata, membuat kenangan tak terlupa.

Kita tergeletak, merangkak, berjalan, menepi, hari-hari penuh dengan ambisi sekedar menunggu datangnya waktu yang pasti. Waktu di mana hidup berakhir dan kita tak lagi mampu berdzikir.

Segala sesuatu akan menua pada akhirnya, musnah dan binasa. Kesunyian akan menjemput dan gelap datang tanpa di duga. Tak seorang pun tahu, tak seorang pun dapat menerka. Hidup yang di lalui begitu gaib, segala kesenangan dan penderitaan adalah lagu yang mesti di nyanyikan.

Maka di sisi manakah kau akan mentertawakan hidupmu di kala suaramu sumbang menyanyikannya. 

Handy Pranowo

3218

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun