Tuhan aku merasa kesepian di tengah jalur kehidupan yang hingar bingar. Aku kehilangan arah di antara rambu- rambu jalan yang bertebaran. Aku di tikam kegalauan yang panjang dalam malam yang berkabut, aku tersesat ke dalam pikiranku yang kalut.
Aku mencoba berontak dengan naluri akalku yang dangkal, namun yang ku dapat adalah remah-remah penyesalan menempel bagai lumut, mengakar hingga membuatku tak tahu di mana mesti tumbuh.
Aku seperti tunas tanpa daun, aku seperti bunga tanpa indah warna, dan aku seperti mayat yang berjalan kaku menuju liang keabadian tanpa pernah tahu di mana mesti merebahkan badan.
Aku hilang, aku lenyap, aku sirna, tak membentuk cahaya, tak membentuk rupa, tak membentuk bayang, hanya nafasku saja yang tersengal merambahi jejak kehidupan.
Aku tafakur pada sesuatu yang bakal punah, aku memuja pada sesuatu yang akan hilang, aku bersujud pada sesuatu yang tidak kekal. Aku di lilit kehinaan.
Tuhan, aku payah, aku goyah, aku rapuh, aku jatuh ke dalam situasi yang membuatku lupa diri hingga semua orang katakan kalau aku hilang ingatan.
Tuhan, aku ingin pulang, menyatu ke dalam rumahMu dan menetap dalam keteduhan. Aku urungkan niatku menjadi apapun, akan ku biarkan diriku lebur ke dalam pesona asmaMu. Aku ingin lupa segalanya namun tidak ingin lupa denganMu.
Tuhan, aku ingin pulang, duduk dalam ibadah, menyantap doa-doa, mereguk zikir dan tasbih, menghadap ke hadiratMu yang paripurna.
Dan aku ingin menjamu diriMu di tengah malam dengan sujudku, hidup dan matiku. Aku tidak kekal.
Pranowo,Handy.
101117
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H