Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suatu Waktu

17 Juli 2017   22:35 Diperbarui: 17 Juli 2017   23:36 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin sekali berdamai dengan diriku sendiri tanpa hawa nafsu tanpa marah dan benci. 

Berdamai dengan kebisingan yang kerap kali datang bersama hening yang paling sunyi.

Aku ingin menepiskan segala kesenangan yang membuatku lupa pada diri.

Kesenangan yang membuat mataku buta, telingaku tuli.

Dan apakah ada sesuatu yang lebih menarik selain mendekatkan diri kepada Illahi.

Aku ingin sekali lagi menuliskan puisi yang lembut seperti rinai gerimis di sebuah pagi yang sepi. 

Lalu sembunyi di temaram kabut tanpa pernah berpikir akan menggigil.

Aku tak butuh pemantik, aku tak butuh televisi atau surat kabar yang beritakan maut dan caci maki. 

Aku ingin diam merayakan kehidupan yang pasti mati. Tanpa lilin, tanpa kembang api warna-warni. 

Dan aku berharap suatu saat akan tumbuh pelangi di dinding kamarku selagi mataku belum rabun.

Aku ingin berjalan di setapak tanah yang penuh bunga-bunga dan rumput-rumput kecil sambil mengingat masa kanak-kanak 

dengan puluhan layang-layang yang tersimpan di dalam lemari. Aku membayangkan pohon jambu di belakang rumah tumbuh kembali seperti 

dulu agar aku bisa memanjatnya dan melihat matahari pertama lahir. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin membayangkan semua itu, 

membayangkan juga rasanya nasi goreng buatan ayahku. 

Kini di kepalaku penuh dendam, di mulutku penuh kata-kata racun yang dapat membunuh orang, namun aku ingin sekali berdamai dengan 

semuanya. Agar suatu waktu aku tak salah arah lagi menapaki jalan hidup yang telah di gariskan.

Aku tak berharap akan lahir kembali atau dapat kembali ke masa kecil sebab dapat melangkah hidup sejauh ini rasa syukur yang

kupanjatkan pun masih belum cukup untuk dapat kupersembahkan kepada yang Maha Agung.

Dan aku ingin berdamai dengan impian-impian hidup yang sampai sekarang tak kunjung datang.

Akan ku biarkan, setidaknya ku ikhlaskan hingga segala yang baik dan buruk akan nampak.

Dan kutahu kemana harus ku tuju.

Suatu waktu.

handypranowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun