Aku hanyalah daun-daun yang berserakkan di setapak jalan tanah merah,
di antara rimbun embun dan tetesan hujan. Aku menggigil, aku kedinginan.
Terkadang bila angin kencang datang, aku di bawanya terbang tanpa sayap meliak-liuk tubuhku.
Bimbang terombang-ambing dan tak pernah bisa menentukan tujuan.
Terkadang aku jatuh di atas ranting-ranting kering yang rapuh, terkadang pula angin membawaku
rebah ke aliran sungai yang deras dan berbatu. Dan tak jarang pula aku jatuh ke sebuah pekarangan rumah
yang luas lalu di sapu dan di masukkan ke dalam tong sampah. Aku sadar aku tak lagi mempunyai hidup,Â
aku sadar sebentar pun aku akan di bakar atau membusuk bersama tanah merah menjadi pupuk.
Tapi katakanlah aku tak menjadi sia-sia setelah terlepas dari dahan yang memberikanku hidup
dari warna hijau muda hingga coklat tua. Biarkanlah takdir ku menjadi getir, tersiram hujan, terombang-ambing angin.
Namun dapatkah sekiranya kau uraikan rentang waktuku yang jauh dan lugu.