Seraut wajahmu hadir dalam bayang-bayang kalbuku.
Menyeberangi keheningan, menyeberangi masa silamku.
Seraut wajahmu bagai gelora api yang tak pernah padam meski seribu tahun berlalu.
Ia membakar kesombonganku hingga hangus namun mengetuk pula kesadaranku penuh lembut.
Seraut wajahmu adalah bingkai malam yang tak pernah terselebung kabut.
Menguapkan kehidupan yang di cintainya, mendekap siapa saja yang di kasihinya.
Tak dapat aku kubur wajahmu meski telah gugur, tak dapat aku peram meski di titik penghabisan.
Ia seperti kelopak mawar yang terus tumbuh dan sangat ku rindu untuk menciumnya.
Maka biarkanlah aku menyimpannya dalam ruang hatiku.
Menciumnya selalu sepanjang waktuku.
Sampai tak ada lagi kehidupan untukku.
Dan hanya wajahmu yang bernaung di kalbu.
handypranowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H