Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Naluri Cinta

11 Oktober 2014   10:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bersandinglah rindu bersama awan nan kelabu.
Kasih yang luka dan darah mengalir resah.
Ku cumbui pula sepasang mata yang jatuh.
Tak lagi bercahaya justru muram berlagu.

Pelukan dan belaian masa-masa biru
kini terlempar jauh.
Dan nafasmu yang ku suka saat memburu
kini hilang di telan angin dan waktu.

Terkapar hatiku kini menerawang rongsokan
kenangan yang berlalu.
Membekap hangat yang menggigil.
Di malam-malam yang mendung.

Di manakah pula dirimu.
Wahai kekasih yang pernah berjalan jauh.
Di ranjang yang rapuh dan di dalam selimut merah masih juga
ku cium harum tubuhmu.

Bagai menguliti sangsi asmara yang lugu.
Mengalun hasrat jiwaku padamu.
Memberontak pada jalan cinta yang terbelenggu.
Maka tanpa restu aku cumbui dirimu selalu.

Di dalam warna yang pudar perlahan.
Ku ingin temui hanya dirimu seorang.
Tidak yang lain sebab dirimulah yang paling ku sayang.
Maka mengertilah kasih bila ingin selalu kutahu pendar warna hatimu.

Seolah hasrat gelora yang selalu tumbuh.
Meski kau bosan dan jenuh selalu.
Aku tahu, aku tahu.
Hanya saja aku bimbang kenapa mesti aku jatuh cinta denganmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun