Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Sistem Informasi Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kalau Asmara Menjadi Luka, Biarku Rasa Nikmatnya Sedih

21 Mei 2015   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="489" caption="Ilustrasi (sumber :maukeren.com)"][/caption]

“Aku mah apa atuh, cuman selingkuhan kamu” gumamnya.

Tak lain ialah gumam dari seseorang bernama Siti, yang terus menerus mengulangi lirik lagu dangdut tersebut, berusaha menghibur diri sembari menyembunyikan kekecewaan akan kisah cintanya yang berlalu begitu saja. Sayangnya, bagaikan menyembunyikan bangkai, yang secerdas apapun ia menyimpan bangkainya, baunya pasti akan tercium. Mengalirlah air matanya, tanda duka mendalam.

Kisah cintanya tak lebih lama dari kisah cinderela yang harus pergi meninggalkan pangeran yang ia cintai tepat pukul 12 malam. Baru seminggu memadu kasih, setelah bertahun-tahun mengalami keguncangan batin bila memikirkanya, up and down suasana hati jika bertemu dengannya. Begitu teganya mas Bram, pacarnya, menduakan dirinya dengan wanita lain. Sukseslah ia memporak porandakan suasana hati Siti.

Ia merasa apa yang ia perjuangkan selama beberapa tahun, merawat rasa cinta dan kagumnya ke pria brewok dan kekar tersebut. Kini hal itu menjadi semacam jenis kebodohan yang tidak termaafkan. Dicampakanlah dia, hati, akal sehat dan sanubarinya.

***

Perjaka berusia 27 tahun bernama Darto kini tengah menjelma menjadi pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di lautan mencari tempat suaka. Badannya kurus, mukanya pucat, rambutnya kusut tak berbentuk.

Hal ini amat kontras dengan Darto yang dikenal selama ini dilingkungan tempat tinggalnya, ia menjadi orang yang suka mengurung dirinya di kamarnya hingga berhari-hari lamanya. Kontras dengan Darto yang sehari-harinya adalah sosok yang ceria, ramah dengan siapapun, suka membantu dan tidak sombong, namun kini ia menjadi orang yang berubah 180 derajat.

“Kalau asmara menjadi luka, biarku rasa nikmatnya sedih” ujarnya, kala menjawab kegundahan hati orang-orang terdekatnya, terlebih Nunung, temannya yang khawatir akan keadaanya sembari menyimpan rasa suka kepada Darto yang sayangnya tidak pernah tersampaikan.

Orangtuanya yang sudah memasuki usai senja yang harusnya sudah menikmati usia pensiun mendadak stress karena tingkah polah Darto yang mendadak aneh. Semenjak saat itu, saat cintanya harus terbentur dinding, Darto seperti memasuki suasana dimana ia harus merelakan untuk kehilangan akal sehatnya dan memilih untuk menjadi pesakitan di salah satu rumah sakit dalam urusan kejiwaan.

Begitulah Darto, kehilangan kesadarannya, dan kini hampir kehilangan pekerjaanya karena wanita yang ia cintai, Siti yang justru memilih mas Bram yang brengsek, teman sekantor Darto.

***

Siti merasa seperti ia adalah wanita yang paling malang di dunia, ia merasa dunia tidak adil terhadap dirinya, ia hanya menginginkan kasih sayang yang tulus, belaian mesra dari kasihnya. Ia merasa Tuhan menutup dirinya dari cahaya asmara. Ia pun membenci cinta dan mengubur dalam-dalam akan perasaan tersebut, menyimpanya dalam peti bernama kehampaan.

Kejahatan Bram merupakan pelanggaran HAM berat yang harus diadili dan mendapat hukuman seberat-beratnya oleh badan pengadilan internasional karena telah membuat Siti harus menjalani sisa kehidupan untuk menanggalakn cinta dalam hidupnya karena dirusak secara paksa oleh kezhaliman yang membuat warga langit pun memaki-maki perbuatan Bram.

Sayangnya Bram masih bebas berkeliaran dan akan terus menerus mencari Siti-Siti baru, ia melakukan aksinya tanpa bisa dibendung oleh undang-undang manapun di dunia ini. Dirinya bagai Junta Militer yang kebal dari hukum.

***

Kondisi kejiwaan Darto kini menambah beban pikiran orangtuanya yang setiap harinya masih dihinggapi pusing lantaran memikirkan berbagai macam barang kredit di rumah yang belum juga lunas.

Cinta membuatnya lalai akan kesehatan badannya, ia tanggalkan pola pikir rasionalnya. Tenggelam dalam sebuah derita yang tiada ujungnya. Cinta hilangkan ia dari peradaban. Darto telah mati dalam hidupnya. Sementara Nunung hanya melihat kearah punggung Darto tanpa pernah mengakui isi hati terdalamnya. Jalan sunyi yang ia tempuh tak pernah mendapat balasan apapun. Hampa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun