Teori konspirasi merupakan teori yang menjelaskan rangkaian ataupun penyebab dari suatu peristiwa adalah suatu rahasia dan direncanakan secara diam-diam oleh sekelompok orang atau organisasi yang berkuasa. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi merupakan sebuah kebohongan yang direncanakan oleh para penguasa demi kepentingan politik.
Namun nyatanya, teori-teori tersebut hanyalah kebohongan. Tapi, kenapa masih banyak orang yang percaya teori konspirasi? Menurut pakar neurosains, Paul Whalen, amygdala yang ada di otak manusia secara otomatis akan mencoba mencari pola saat menghadapi situasi yang kacau balau dan sulit dicerna. Hal ini juga didukung oleh Teori Ramsey yang menyatakan, "Saat menghadapi data acak yang melimpaj, otak manusia cenderung menguhubungkan satu data dengan yang lainnya sampai membentuk pola."Â
Masalah yang terjadi ketika hal tersebut terjadi adalah manusia kebanyakan menghubungkan data satu dengan yang lainnya padahal kedua data tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali. Hal tersebut seringkali terjadi di masa ini, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk menghadapi kejadian yang terjadi.
Contoh teori konspirasi yang masih tenar hingga saat ini adalah teori bumi datar. Banyak orang yang percaya bumi itu datar dan menentang segala bukti dan teori yang dipublikasikan oleh lembaga peneliti angkasa luar seperti NASA. Teori ini telah tersebar dan dipercaya oleh banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Secara singkat, teori konspirasi merupakan teori menjelaskan bahwa semua penjelasan yang ada atas sebuah kejadian hanyalah tipu muslihat yang dibuat oleh para penguasa demi tujuan tertentu. Namun, tentunya kebanyakan teori tersebut hanyalah kebohongan semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H