Detak jam dinding terdengar keras ketika malam sudah menjemput dan suara suara dari ruang tamu sudah mulai hilang. Kulihat anak-anakku mulai beranjak tidur. Satu persatu mereka mulai masuk ke kamar di ikuti oleh ibu mereka. Anak-anak ku memang agak manja, mereka tidak bisa tidur kalau belum bercerita panjang lebar dengan ibu mereka. Apalagi anak perempuan sulung ku Nirina, meskipun usianya sudah menginjak masa-masa menikmati hiruk pikuk tugas kampus. Berbeda dengan adiknya Rani yang baru duduk di bangku kelas 3 SMP, dia lebih suka menyendiri dibanding kakaknya. Aku kadang suka penasaran mengenai apa yang Nirina tanyakan padaku. Sebelum aku mengantar anakku tidur, aku antar suami ku dulu ke tempatnya beristirahat. Kemudian beranjak ke kamar Rani kemudian Nirina untuk memastikan mereka berdua nyaman di kamarnya.
"Ibu, boleh aku bertanya sesuatu padamu ? " - tanya Nirina.
"Kau memang seperti itu. Tanya apa lagi ? Tentang Ronald anak berambut merah di kampus mu itu ? "
"Bukan...apa sih ibu, dia hanya teman satu fakultas !"
"Ibu, ini mengenai dirimu dan ayah ! "
"Memang ada apa dengan kami ? " - kata Salma.
"Ibu kan sudah menikah lama dengan ayah. Dan, jika boleh tahu kenapa kau mau menikahi dia ? "
Aku hanya tersenyum sambil mulai mendekat dan duduk di tepi tempat tidurnya.
"Kau tahu, cinta yang sesungguhnya diwujudkan dengan pernikahan ! Jika kamu pacaran dengan seorang pria tapi tidak berujung pada pernikahan itu seperti kau kuliah tanpa wisuda. "- kataku pelan sambil menyelimutinya.
"Tapi, ibu kan bisa menemukan pria yang lebih baik dari ayah waktu itu. Kenapa ibu memilih ayah ? Kalau aku jadi ibu, mungkin aku tidak akan memilihnya." - kata Nirina.
"Kau tahu, Tuhan tidak pernah salah dalam memilihkan pasangan untuk kita. Dan asal kau tahu, ayah adalah sosok hebat. Itu sebabnya dia bisa menikahi ibu. Padahal dulu ibu disukai banyak pria loh ! " - kataku dengan senyum bangga dan bercanda.
"Nirina, kau pernah dengar kalau Orang yang baik pasti akan mendapatkan yang baik pula ! Dan ternyata itu memang benar. Ayahmu sosok yang baik bagi ibu. Sosok yang dapat mengusap tangannya dipipi ketika air mata ibu jatuh ketika yang lain sibuk mencari sapu tangan untuk membasuhnya. "
"Tapi, kau tahu kan Bu ayah itu kurang sempurna ! Maksudku, kau tahu kan ! "- katanya agak pelan sambil memeluk guling kecilnya.