"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." - QS. An-Nur : 26
Jika dalam Al-Quran disebutkan bahwa wanita baik untuk laki-laki yang baik, kenapa kita anak muda yang seharusnya mempersiapkan "masa depan"cerah harus mempertahankan hati yang kurang membahagiakan diri ?
Beberapa orang terlalu "takut" dan "menyayangkan" kehilangan sesuatu yang sebenarnya kerap kali membuat dirinya meringis kesakitan. Dengan alasan cinta dan kasih sayang, luka yang terus semakin membesar dipertahankan.
Banyak orang beranggapan bahwa sebuah hubungan yang tidak menguntungkan bisa diperbaiki kelak. Untuk kali ini biarkan saja ia dan dunianya meninggalkan kita dibelakang. Nyatanya, mengubah pola pikir seseorang itu tidak semudah menyobek daun kelor. Proses mengubah kepribadian seseorang itu tidak seperti menyantap cabai yang bisa langsung terasa pedas dalam mulut. Katanya waktu yang menjawab, katanya dunia yang mengizinkan.
Apa betul ?
Yang saya tahu, waktu tidak pernah menjawab sebuah pertanyaan. Ia hanya berlari dan merasuk kedalam kehidupan seseorang sebagai sebuah pertanda bahwa ia masih "ada". Biarkan dunia yang mengizinkan ? Sejak kapan ? Dunia tidak pernah peduli kisah hidup seseorang. Yang ia tahu adalah bagaimana caranya tetap seimbang dan menyeimbangkan apa yang tidak pernah terasa semibang. Soal perizinan, dunia tidak pernah mengeluarkan surat dan stempel resminya.
Banyak anak muda terlalu sakit dalam kisah asmara yang ujung-ujungnya membuat produktivitas terhambat. Banyak anak muda yang sekolahnya "tidak betul" karena pasangan yang berbeda arah. Tidak sedikit pula mereka yang berbohong pada orang tua untuk membuat senang hati "sang pujaan" bagaimanapun caranya. Padahal mereka sudah tahu, bahwa wanita atau laki-laki yang ia pilih belum baik untuk dirinya. Lantas kenapa untuk apa mempertahankan yang "kurang baik" ketika yang "lebih baik" ada dibelakangnya ?
Tanpa sadar, orang yang kurang baik itu menutup jalan masuk orang yang lebih baik. Dan kita seolah-olah buta akan hal itu. Sekali sampai dua kali mungkin itu tidak masalah. Tapi bagaimana jika itu terjadi sampai berkali-kali ? Rasanya tidak masuk akal.
"Aku terlanjur memenuhi janji untuk membahagiakannya !" -