Sumber Gambar: Pexels.com/Riya KumariÂ
Berbicara tentang kemiskinan adalah pembicaraan yang bukan main-main, karena hal tersebut merupakan suatu permasalahan besar di suatu negeri. Namun demikian, sedikit banyaknya kita pasti mampu memberikan dukungan kepada pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, salah satunya melalui tulisan. Bacaan yang baik akan mampu menyentuh hati manusia, yang kemudian akan memberi motivasi kepada pembacanya untuk memulai lembaran hidup yang baru.
Tulisan ini adalah upaya sederhana dalam membantu pemerintah mengatasi kemiskinan di negeri ini. Kita bisa melihat dengan seksama, betapa banyak lulusan Sarjana namun masih kesulitan ketika mencari kerja. Lalu apa penyebab dan solusinya? Jawabannya ada di dua kata kunci pada judul, "Giat Belajar" dan "Merantau". Â Â Â Â Â
Pertama, semua yang terlibat dalam kepengurusan negeri ini harus mampu menyadarkan generasi bangsa untuk giat belajar. Pemerintah, guru dan orang tua harus memberikan kesadaran kolektif kepada peserta didik dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, bahwa tugas mereka adalah belajar dengan sungguh-sungguh. Namun, kata kunci yang tidak boleh dilupakan adalah "bahagia", yang mempunyai makna bahwa jangan selalu menganggap giat belajar  itu tidak asyik, atau giat belajar adalah sesuatu yang sulit. Tanamkan paradigma peserta didik bahwa giat belajar dengan bertanya pada guru/dosen, banyak membaca buku, menghafal adalah suatu kegiatan yang terdapat kebahagiaan didalamnya. Lihatlah orang yang kutu buku, kita boleh bertanya pada mereka apakah membaca merupakan sesuatu yang sulit?  mereka akan menjawab "dengan buku aku bahagia".
Kedua, salah satu jalan untuk menggapai keberhasilan adalah dengan merantau. Merantau tidak melulu diartikan seseorang yang bepergian dari kampung terpencil menuju kota. Bukankah orang-orang kota juga banyak yang mencari peruntungan dengan bepergian ke kota lainnya. Lalu kenapa diperlukan merantau untuk menggapai keberhasilan? Jawabannya adalah karena skill atau ijazah yang dimiliki seseorang kebanyakan tidak dibutuhkan di tempat asal mereka namun justru sangat dibutuhkan di tanah perantauan.
Berbicara tentang skill dan ijazah (gelar), merupakan dua variabel yang berbeda namun tak jarang keduanya itu menyatu, tak jarang pula terpisah. Maksudnya adalah banyak orang yang hanya punya skill tanpa ijazah, tetapi tetap mampu sukses dengan skillnya tersebut. Ada pula orang yang punya keduanya, yaitu skill dan ijazah, lau mereka sukses dengan keduanya. Permasalahan di negeri ini adalah banyak orang yang punya ijazah namun kurang skillnya, dan tidak pula merantau.
Maka melalui tulisan ini, sekali lagi merupakan upaya untuk mengajak kepada semua orang yang terlibat dalam kepengurusan negeri ini untuk memberikan kesadaran kolektif kepada peserta didik untuk mau giat belajar dan merantau di kemudian hari. Skill akan di dapat dengan giat belajar, dan gelar (ijazah) juga akan di dapat dengan giat belajar. Jika keduanya telah di tangan, maka keberhasilan akan di dapat ketika mau bekerja walaupun harus merantau ke sepanjang negeri ini dari Sabang sampai Merauke.
Kita bisa melihat kesuksesan Almarhum B.J. Habibi (Presiden Ke-tiga Indonesia) dan  Mahfud MD (Menteri Menkopolhukam). Mereka mampu berkiprah di perpolitikan Indonesia itu karena sedari kecil memang sudah rajin dan giat belajar. B.J Habibi merantau ke Jerman untuk belajar, sedangkan Mahfud MD merantau dari kampung halamannya di Sampang-Madura menuju Yogyakarta untuk belajar.
Sungguh menarik pembahasan terkait hal ini, dan pembahasan dengan tema pengentasan kemiskinan akan lebih lengkap jika disajikan dalam bentuk buku. Bersambung, Insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H