Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Perayaan Penuh Kepiluan

1 Januari 2017   01:51 Diperbarui: 1 Januari 2017   02:40 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Orang-orang menangis, orang-orang tertawa, yang lain boleh berpesta. Di luar sana ada yang melepas tahun dengan minum kopi sambil bercerita tentang kebosanan hidupnya.

ADA pula yang alay terjebak romantisme pendek dengan berurai airmata. Tulis TS Eliot (dramawan dan kritikus sastra Amerika), “Kata-kata tahun lalu adalah milik tahun lalu dan next year’s words await another voice.” Waktu memiliki kedaulatannya sendiri. Ia tidak  bisa disetir apalagi diarahkan. Detak jam terus berputar, andai pun engkau ingin berhenti bernafas.

Demikianlah cara manusia menandai pergerakan zamannya. Ia membuat terminologi dengan jeda. Menandai saat-saat tertentu dengan menciptakan perpisahan yang mengharu-biru. Seolah hari telah berakhir, hari baru telah berganti. Di sana muncul harapan, atau setidaknya masa depan, padahal “masa depan” telah tertinggal jauh di peralihan zaman yang ia cipta sendiri.

Di Times Square, New York City, ribuan orang berkumpul, menunggu detik-detik berakhirnya sebuah masa. Sorak-sorai bertumpukan dengan pijar nyala kembang api dan dentuman musik keras. Ribuan terompet kertas diteriakkan penuh serak. Ada yang menangis, ada yang tertawa. Ada yang terharu, ada yang datar - datar saja. Times Square menjadi lalu-lalang pergantian masa bagi dunia. Tidak heran, tempat itu dijuluki The Crossroad of the World.

Masyarakat Australia mengundang para pelancong dengan pesta kembang api. Ribuan kembang api dinyalakan di atas empat kapal tongkang yang diarahkan ke Sydney Harbour Bridge. Siapapun dapat melihat peristiwa itu dari dekat dengan perahu.

Di Jepang, malam pergantian tahun pun pesta cahaya. Mereka menamai label acaranya dengan Canyon d’Azur’ Illumination, bertempat di Shiodome, Tokyo. Bukan pesta kembang api, melainkan unjuk nyala hampir 3.000 lampu LED  berbagai warna. Orang-orang Jepang tidak ingin melewatkan transisi masa dengan tidur biasa.

Penyelenggaraan pesta pergantian tahun di Inggris dilakukan cukup ikonik. Pesta kembang api diletupkan berkali-kali di atas Sungai Thames yang lebar dan jernih. Dimana kapal-kapal kecil hilir-mudik di tepiannya, membawa orang-orang yang berbahagia. Di Kota Manchester, pesta semacam biasanya ditandai dengan penyelenggaraan mannequin challenge di Albert Square.

Pribadi yang Kesepian

Ricchard Wilbur, penyair Amerika penerima Hadiah Pulitzer dua kali (1957 dan 1989), mengekspresikan detik-detik penting ini dengan puisinya,Year’s End. Penyair yang kini berusia 95 tahun itu menulis puisi dengan perasaan syahdu.  Ia menangkap musim yang dingin, salju yang tipis, danau membeku. Seekor anjing nampak berbaring, ia temukan orang-orang yang diyakininya tidak sempurna.  Pada bait terakhir dari lima bait yang ia tulis, miris sekali ia tuliskan ini:

These sudden ends of time must give us pause./ We fray into the future, rarely wrought/ Save in the tapestries of afterthought./ More time, more time. Barrages of applause ….”

Sungguh manusia sebenarnya sedang tersandera. Hal itu sudah ditengarai ketika filsafat di abad pertengahan Eropa mampu menjelaskan seperti apa penyanderaan waktu atas manusia. Manusia adalah pribadi yang kesepian, maka ia selalu didera imajinasi mengenai waktu yang terekam.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun