Mohon tunggu...
Handry TM
Handry TM Mohon Tunggu... -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hard Rock Café dan Diplomasi Kebudayaan

5 November 2016   10:00 Diperbarui: 12 Desember 2016   23:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang digagas Isaac Tigrett ketika pertama kali mendirikan Hard Rock Café di London pada tahun 1971 sederhana sekali. Bagaimana membenturkan  kedai kuliner dengan museum musik yang berdentuman.

TERLETAKdi 150 Old Park Ln, Mayfair, London, Hard Rock Café pertama di dunia ini sampai sekarang masih berdiri. Di sinilah dua pemuda Amerika memadukan gagasannya, mula-mula sederhana ; mewujudkan imajinasi membuat kedai kudapan yang berisik oleh live music. Tigrett pada tanggal 14 Juni 1971 mengajak Peter Morton, sahabatnya membesarkan ide tersebut. Setelah desain terpola, lantas ruangan itu akan dihias dengan dekorasi yang seperti apa?

Ornamen, tata lampu, presisi ruang yang bising namun nyaman telah dirancang. Lantas musik pengantar, live concert dan berbagai pernik cukup dipersiapkan. Berikutnya, yang ada dalam benak kedua pemuda itu adalah memilih hiasan-hiasan tempel ekletik. Artinya, memasang gambar-gambar, poster terbaik dari banyak segmen. Namun ide itu pun terkoreksi di hari berikutnya. Mereka sepakat berpikir mengerucut, dari dekorasi ekletik menuju memorabilia khusus musik.

Tata ruang sudah disepakati, adonan apa yang pantas disajikan dari sisi menu? “Meski ini di London, kami akan menebarkan budaya Amerika di Hard Rock Café,” teriak Peter Morton. Muncullah menu-menu favorit seperti Twisted Mac Mac & Cheese (macaroni ditabur keju dan lada hitam), Grilled Norwegian Salmon (ikan salmon panggang ditabur merica dan saus ikan), serta Original Legendary Burger (burger tiga lapis yang mengenyangkan).

Sejarah Hard Rock Café London akhirnya bergulir hingga 45 tahun kemudian. Berdirinya kedai makanan dan museum musik itu tidak hanya menjadi tempat nongkrong. Lebih dari itu, telah mengantar para pengunjungnya berimajinasi menjadi orang dekat para musisi dunia. Franchaise Hard Rock Café kini telah menyebar ke 53 negara di dunia, dan membukukan jumlah kedai menjelang 200 titik. Tentu yang terbesar di Orlando, karena sejak tahun 2007 pusat kantor Hard Rock International berpindah dari London ke kota itu.

Di New York, Hard Rock Café terletak berdekatan dengan jalan menuju teater-teater Broadway. Tepatnya di 1501 Broadway, New York, NY 10036, dimana orang-orang saling antre panjang untuk mendapatkan gift berupa t-shirt, topi, pin dan jaket keren.  Saya pernah berkunjung ke sana dalam sebuah tugas jurnalistik, dan hanya berani mengoleksi t-shirt seharga USD 40 karena terhitung mahal. Tidak jauh dari tempat itu, para pedagang kaki lima menjajakan t-shirt tiruannya seharga USD 10, dan laris manis.


Mengapa Hardr Rodk Café berpindah tangan dari Isaac Tigrett yang bermarkas di London ke Seminole Tribe of Florida di Orlando, Florida? Bagaimana dengan misi awal sang penggagas, yang mula-mula ingin menebarkan virus kebudayaan nongkrong Amerika ke Inggris dan kini kembali lagi bermarkas di Amerika? Pasti ada latar belakang panjang yang menyertainya. Yakni ingin mempertajam  penetrasi pasar dunia.          

Menjadi Amerika

Keberhasilan Hard Rock Café adalah, bagaimana mengantar imajinasi para pengunjungnya seolah-olah dekat dengan Eric Clapton. Musisi Rock & Blues itu menyerahkan gitar Fender Lead II-nya untuk memorabilia di kedai tersebut. Kini, hampir 90.000 item memorabilia bersejarah dikoleksi oleh kedai itu di seluruh dunia.

Diplomasi kebudayaan yang dikawal dari tepi itu terbukti sakti. Sayap bisnisnya telah beranak-pinak menjadi hotel dan kasino di Las Vegas. Kebudayaan urban yang mereka tawarkan ditangkap oleh para eksekutif muda di seluruh dunia. Mereka girang nongkrong sambil “diganggu” oleh kebisingan musik di dalamnya.

Nongkrong di tempat itu tidak hanya membutuhkan rasa kenyang, lebih jauh lagi ia merasa menjadi orang Amerika, atau setidaknya masuk dalam masyarakat mapan di negaranya. Membenturkan diplomasi nongkrong sembari mengudap dan “nyangking” buah tangan berupa gift, adalah standar target penjualan jaringan Hard Rock. “Saya senang hanya untuk duduk di sebuah kafe dan menonton orang,” kata Zoe Kravitz, aktris putri pasangan musisi Lenny Kravitz dan Lisa Bonet. Artinya, tidak cukup hanya dengan alasan haus mencari tempat nyaman. Para pengunjung butuh singgah ke dunia ide, bahwa mereka menjadi bagian penting bagi lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun