Mohon tunggu...
Aris Handriyan
Aris Handriyan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluargaku, Guruku

22 Juni 2016   21:49 Diperbarui: 22 Juni 2016   21:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keluarga merupakan suatu kesatuan unit terkecil di dalam masyarakat yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan kualitas anak bangsa. Keluarga juga sebagai lembaga sosial yang diberikan tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia sebenarnya, mengetahui benar dan salah, seperti halnya tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia. 

Paradigma sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih beranggapan bahwa yang berperan menjadi seorang pendidik itu adalah tugas guru di sekolah. Seolah-olah orang tua lepas tangan dalam mendidik anak-anaknya. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sendiri, mencari uang dengan dalih untuk membiayai anak-anaknya. 

Pergi pagi pulang petang begitulah rutinitas sebagian besar keluarga yang ada di negeri ini, sehingga komunikasi dengan anakpun kurang, menjadikan anak kurang terarah dan terombang ambing bagai layang-layang yang diterpa angin, jika anak ini masuk dilingkungan yang salah maka akan menjadi anak yang liar dan bisa melakukan tindak kriminal seperti mencuri, merampok serta pemerkosaan sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini.

Sebenarnya mendidik anak menjadi baik itu tidaklah sulit apabila orang tua itu mengerti tentang hakikat mendidik. Orang tua cukup memberikan tauladan yang baik dihadapan anak-anaknya. Seperti yang termaktub dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, ayat 4 berbunyi: "Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 

Seharusnya Sistem Pendidikan Nasional tersebut tidak hanya menjadi acuan untuk pendidikan formal saja, tetapi seharusnya sistem pendidikan informal seperti didalam keluarga pun juga seperti itu. Sebagaimana salah satu dari tiga filosofi Ki Hajar Dewantoro yaitu “Ing ngarso sung tulodho”. Orang tua seharusnya memberikan contoh yang baik. Perilaku anak bisa menjadi cerminan dari proses pendidikan didalam keluarganya.

Adapun pendidikan yang dibeberapa orang tua di Indonesia salah dalam mendidik anak. Mereka justru lebih berperan menjadi seorang bos dari pada menjadi seorang guru bagi anak-anaknya. Mereka lebih suka menyuruh atau memerintah dari pada memberikan nasihat atau teladan yang baik. 

Misalnya seorang ayah atau ibu menyuruh anaknya pergi ke masjid atau ke ke tempat ibadah tetapi orang tuanya itu sendiri tidak berangkat (menonton TV atau mengerjakan aktivitas lainya), sehingga anakpun akan berfikir kritis dan akhirnya terjadi pertentangan antara orang tua dan anak yang menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga, si anak akan berkata kenapa dia harus pergi ke tempat ibadah sedangkan orang tuanya tidak berangkat.

 Anak yang lain kemungkinan akan melaksanakan perintah orang tuanya dengan terpaksa karena takut dimarahi, bisa jadi anak ini tidak sampai ketempat ibadah tetapi bermain kerumah teman atau lainnya karena tidak dilakukan sepenuh hati, sehingga akan menjadikan anak-anak ini ketika dewasa menjadi orang yang tidak amanah terhadap tugas yang diberikan atau melakukan penyelewengan-penyelewengan di tempat kerjanya yang akan melahirkan generasi-generasi koruptor.

Memberikan pendidikan kepada anak dengan menjadikan orang tua sebagai teladan sangatlah penting dilakukan ketika anak masih dibawah lima tahun (balita), karena di masa-masa itulah periode perkembangan anak mencapai tahap berifikir dan belajar dengan meniru apa yang dia lihat kemudian melakukannya.

 Orang tua bisa melakukan perbuatan baik dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat dilihat anak walaupun tidak meminta untuk menirukkannya, tanpa orang tua sadari anakpun mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya pada saat itu atau dikemudian hari.

 Sebagai contoh seorang ibu menyapu maka anankpun akan belajar menyapu, ketika seorang ayah mengajak anaknya jalan-jalan kemudian bertemu dengan pengemis dan sang ayah memberikan sedekah kepada pengemis tersebut dihadapan anak, maka secara tidak langsung mendidik anak untuk mempunyai sifat suka memberi dan menolong orang yang membutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun