Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gerhana Matahari Total? Awas Belekan!

8 Maret 2016   09:06 Diperbarui: 8 Maret 2016   09:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Yang teringat dari Gerhana Matahari Total (GMT) adalah ketika ke esok paginya bangun susah banget buka mata karena lengket dengan cairan putih hingga akhirnya tidak masuk sekolah beberapa hari karena  kedua bola mata mengeluarkan cairan kental atau yang disebut dengan "ketiban bel" alias "belekan" istilah orang Jawa. Waktu itu tayangan tentang bahaya melihat GMT secara langsung belum semasive ini dan saya pun belum mengenal adanya sholat gerhana. Jadilah saya memelototin GMT tanpa henti secara langsung. Saya enggan melewatkan kesempatan itu, karenanya ketika kakak dan teman saya melihat gerhana melalui ember yang diisi air, saya nekat melihat langsung. Kedua bola mata pun menjadi korban.

Tak hanya mengeluarkan cairan kental namun juga gatal dan merah. Yang harus diwaspadai, belekan menular. Gara-gara saya terkena belekan, seluruh rumah pun tertular dan akhirnya belekan semuanya. Tapi ternyata tidak hanya saya yang belekan tapi beberapa teman saya yang nekat melihat gerhana matahari total tahun 1983 itu juga terkena belekan semuanya dan tidak masuk semuanya selama beberapa hari.

Secara medis, belekan biasanya disebabkan karena peradangan konjungtiva karena infeksi bakteri, virus, maupun karena alergi. Penyebab lain dapat berupa adanya benda asing, trauma seperti terpukul benda tumpul misalnya atau perdarahan di bawah konjungtivamata. Selain itu merah dapat juga disebabkan oleh peradangan pada iris, kornea, dan peningkatan tekanan bola mata akut.

Untuk membuka mata saja saat itu saya harus dibantu dengan kapas yang sudah dicelupkan air hangat suam-suam kuku. Perlahan sekali dibersihkan dulu kedua pinggiran bola mata yang lengket karena cairan kental yang merekatkan kedua bola mata. Lalu diteteskan obat mata (:waktu itu mengunakan cendo xitrol kuning) oleh mami. Jangan ditanya bagaimana rasa perihnya ketika ditetesin obat.

Namun ternyata kondisi saya dulu cukup beruntung bila dibanding dengan berbagai keterangan yang saya peroleh dari beberapa media. Bagusnya, kondisi penyiaran saat ini tidak hanya ada TVRI seperti dulu tahun 1983. Berbagai media penyiaran dengan gamblang menjelaskan berbagai dampak kesehatan ketika kita menatap gerhana matahari total secara langsung mulai dari kebutaan hingga penglihatan menjadi kabur.

Kini, tentu saya tidak ingin membuat diri saya kalang kabut seperti mami pada waktu itu. Harus buru-buru beli tetes mata, karena kedua bola mata saya waktu itu rekat oleh cairan kental/belekan.  Bersiap-siap mensyukuri fenomena alam yang sangat langka gerhana matahari total esok tak hanya mencari informasi masjid yang mengada sholat gerhana namun juga mempersiapkan kacamata khusus gerhana dan juga obat tetes mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun