Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belajar Membatik di Jakarta Yuk!

20 April 2016   17:16 Diperbarui: 20 April 2016   17:23 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar membatik di Jakarta. Pernahkah terbayangkan sebelumnya? Bagi saya sendiri tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Untungnya kedua puteri saya memberikan keterangan tentang belajar membatik di Museum Tekstil yang tidak jauh dari rumah kami. Jika berkendara dari Palmerah ke Museum Tekstil yang terletak Jl. KS.Tubun cukup memerlukan waktu sekitar 15 sampai 20 menit jika kondisi jalan lancar.

[caption caption="MUseum Tekstil Jakarta"][/caption]Sesampainya di gerbang utama kami disambut seorang petugas yang sangat ramah dan mengantarkan kami ke tempat pembelian  tiketnya yang berada dibawah tenda. Tiketnya cukup murah yaitu untuk anak-anak Rp.2000,- dan untuk dewasa Rp.5.000,- Namun diluar kedua tiket tersebut ada harga tiket per-group yaitu Rp.1.500,- untuk pelajar, Rp.2.250,- untuk mahasiswa dan untuk dewasa Rp.3.250,-

Putri-putri kami cukup antusias melihat koleksi wastra atau kain museum tekstil. "Kirain yang dipamerkan dari berbagai macam daerah di Indonesia Ma," cetus salah seorang puteri saya. "Seharusnya dipamerkan juga semua motif batik di Indonesia ya Ma," cetus bocah SD itu. Saya memang kerap membawa pulang beberapa kain batik dari berbagai daerah sepulang terbang dari daerah tersebut. Saya pun menjelaskan bahwa museum tekstil ini memamerkan wastra atau kain secara berkala dan tematik. Saat kami berkunjung temanya dari koleksi yang dipamerkan adalah yang bermotif lurik.

[caption caption="koleksi museum tekstil"]

[/caption]Meski koleksinya cukup menarik namun sayangnya hanya ditemukan dari beberapa daerah saja. Padahal banyak di seluruh wilayah nusantara koleksi wastra bermotif lurik salah satunya dari NTB dan NTT misalnya. Kedua putri saya sempat mengeluhkan tentang tidak adanya berbagai koleksi dari daerah tersebut. "Sayang ya Ma, padahal kayak kain yang Mama punya itu bagus-bagus banget. Kan turis bule itu bisa terbenggong-benggong ngeliatnya Ma," sesal si bocah. Saat kami berkunjung memang ada kurang lebih 4 turis yang berkunjung melihat-lihat koleksi yang dipamerkan. Sayangnya hanya sebentar. Entah karena kurang antusias ataukah karena di keterangan yang mendampingi kain tersebut tidak ada keterangan dalam bahasa Inggrisnya.

Lepas melihat koleksi, kami melepas lelah sejenak di taman sederhana yang ada di kompleks museum Tekstil. Bangunan MUseum Tekstil menarik dan nyaman. Rasanya seperti berada di rumah tinggal yang jauh dari keramaian Jakarta. Di museum tekstil juga ada kantinnya. Karena panas jadinya kami membeli ice cream dengan merk yang cukup dikenal jadi tidak perlu was-was. Harganya Rp.5.000,- persatuannya. Saat kami berkunjung beruntung (?) karena cukup sepi atau sangat sepi pengunjung. Setelah cukup lama bermain dan masuk waktu dhuhur kami pun sholat berjamaah di mushola yang cukup nyaman. Toilet yang ada di mushola juga bersih.

[caption caption="museum tekstil"]

[/caption]Lepas sholat, putri-putri kami ngotot mencari tempat belajar membatik. "Katanya ada Ma.. ayuk cari Ma," pinta mereka. Akhirnya pandangan kami tertuju pada pendopo. "Semoga ini tempat belajar membatiknya ya Ma.. semoga bisa belajar membatik disini," doa putri kami ke-2. "Aamiin.." Ternyata benar, di dalam pendopo ada seorang nenek-nenek yang keren sedang membatik. 

Kedua putri kami asik memperhatikan. Beberapa saat kemudian ada rombongan keluarga lainnya. Rombongan itu menyapa saya dan bertanya,"Mbak belajar membatiknya mendaftarnya dimana ya?" Akhirnya saya bertanya-tanya juga dan Alhamdulillah ada mas-mas yang masuk dan ternyata dia adalah petugasnya. Jadilah kedua putri kami ikut belajar membatik. Sayangnya waktu di pintu masuk tidak diberikan penjelasan. Padahal menurut kami belajar membatik adalah salah satu daya tarik Museum Tekstil. 

Biayanya untuk turis lokal Rp.40.000 untuk sapu tangan sedang turis manca negara Rp. 75.000. Waktu kami belajar membatik ada turis dari Korea Selatan yang belajar membatik. Sebelumnya saya pikir itu adalah petugasnya karena si Mbak sibuk merapikan celamek plastik yang dikenakan untuk melindungi pakaian kita. Ternyata turis sebelumnya main taruh saja celemek mereka sehingga turis tersebut membantu merapikan. Sebuah catatan yang harus kita ingat agar langsung merapikan saat sudah selesai memakai celemek. 

Oya, saya bertemu kembali dengan turis itu waktu saya belanja beberapa souvenir di tokonya. Tempat pinsil bertuliskan Museum Tekstil dari gerabah seharga Rp.15.000 dan canting Rp.5.000 menjadi pilihan saya. Murah meriah. Sedang untuk membeli kain batik  juga ada jika kita menginginkannya.

Belajar membatik gampang-gampang susah. Setelah mengambar di kain barulah kemudian membatik. Jangan khawatir bagi yang kurang pandai mengambar karena tersedia berbagai motif gambar yang bisa dijiplak. Jangan khawatir pula bagi yang belum pernah membatik karena ada petugas yang menjelaskan dengan detail cara membatiknya. Saya sempat mencoba dan ternyata saya kalah jeli dan telaten dengan puteri ke-3 saya. Puteri ke-2 saya bahkan sempat terkena lilin cair karena ada pengunjung kecil yang berlari-lari sehingga membuat terkejut puteri ke-2 saya dan tumpahlah lilin cair dari canting dan terkena jari tengahnya. Puri ke-2 saya sempat menangis karena panasnya lilin cair itu. Untungnya tersedia salep bioplacenton dan segera putri ke-2 saya melanjutkan kembali aktifitasnya membatik.

[caption caption="belajar membatik"]

[/caption]Setelah selesai melapisi semua gambar dengan lilin maka kain tersebut diserahkan kepada petugas untuk diwarnai. Sekedar tips, meski petugas meminta melapisi bolak balik tebal-tebal dengan lilin tapi ternyata tipis-tipis dan tidak terlalu tebal membuat terlihat lebih detail. Hal tersebut terlihat dari perbandingan hasil batikan dari putri ke-2 dan ke-3 saya. Putri ke-2 saya ngotot untuk melapisi lilinnya tipis meski tetap bolak balik. Hasilnya ternyata lebih cantik. Mungkin mas-masnya ingin gambar bunga terlihat lebih nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun