Sedih rasanya melihat perilaku pengunjung restoran hotel berbintang empat di bilangan Tugu Tani pagi ini yang duduk tepat disamping kami. Betapa tidak, perilakunya sungguh membuat hati menjadi prihatin. Tidak hanya perilaku terhadap petugas resto. Berulang kali meminta disuguhkan minuman dengan kategori yang sama tetapi tentu dengan takaran yang sesuai dengan keinginannya.Â
Alhasil - si mbak yang super sabar - berulang kali harus menyeduhkan teh agar sesuai dengan keinginannya. Memang sih, bisa jadi mengeluarkan biaya untuk semua layanan tersebut, tapi rasanya sayang sekali dua cangkir teh yang dianggap gagal terbuang begitu saja. Tak hanya teh, kopi tetapi juga beberapa gelas juice berbagai jenis buah mereka kumpulkan di meja.
Tidak hanya itu, secara "kalap" keduanya mengambil beragam makanan. Lalu dikumpulkan di meja. Tanpa berusaha menakar kemampuan untuk menghabiskan berbagai makanan tersebut. Benar dugaan saya, makanan-makanan itu akhirnya tersisa dan ditinggalkan begitu saja.
Seperti tampak dalam foto. Foto ini saya ambil setelah satu petugas mengambil beberapa hidangan tersisa karena kebetulan saat kejadian di jam sibuk restoran. Karena beberapa makanan dan minuman masih tersisa, sampai-sampai berulangkali petugas menyangka tamu hotel tersebut belum menyelesaikan sarapannya.Melihat hamparan makanan dan minumnya yang tidak dihabiskan tersebut ingin rasanya mengusulkan kepada para pemilik hotel berbintang  untuk memberlakukan aturan food waste fee. Di sejumlah negara pemberlakuan denda tersebut telah diberlakukan. Salah satunya adalah Turkiye. Meski tentu pemberlakuan denda semacam itu bisa jadi membuat tidak nyaman tamu, tapi belajar dari apa yang saya lihat pagi ini - rasanya layak untuk dipertimbangkan.
Ada sejumlah etika yang dapat dititipkan dalam pemberlakukan denda dalam bentuk food waste fee tersebut. Mulai dari etika untuk menghindari pemborosan makanan sampai mendorong kesadaran tamu atau pengunjung untuk mengambil makanan secukupnya.Â
Tentu saja ada berbagai konsekuensi yang dapat muncul akibat diberlakukannya aturan tersebut. Bisa jadi jumlah pengunjung menjadi berkurang. Akan tetapi bisa jadi juga menarik minat bagi mereka yang menyadari pentingnya penerapan food waste fee tersebut.
Bagi orang tua juga menjadi penting untuk mengajarkan anak sedari dini agar tidak bersikap "aji mumpung". Biasanya hotel menerapkan sarapan masuk dalam sistem pembayaran. Sehingga tamu beranggapan "mumpung" gratis karena sudah dibayar berikut harga kamar tanpa perlu membayar per porsi sehingga saat mengambil makanan dalam bentuk prasmanan jadi semaunya tanpa mengukur seberapa banyak porsi yang sanggup dihabiskan.Â
Pemberlakukan food waste fee dapat dimulai dari hotel berbintang. Mengingat besarnya biaya yang harus dibayar perkamar seharusnya para tamu di hotel tersebut lebih well educated bukan? Meskipun kontroversial, namun pemberlakukan food waste fee ini rasanya layak dipertimbangkan untuk menghindari semakin banyak "limbah" makanan yang terpaksa dibuang hanya karena ulah orang yang tidak berupaya menakar kemampuan diri untuk makanan yang dia ambil pada saat mengambil makanan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H