Papua penuh cinta.... Hanya itulah kenangan yang senantiasa bergelayut dibenak saya. Bagaimana saat senja menjemput, diri asik menikmati pemandangan seorang ayah tengah bermain bola bersama anak-anak laki-lakinya di pantai.Â
Bagaimana ketika saya naik angkot mengobrol dan bercanda dengan penumpang lainnya. Atau, bagaimana ketika suatu malam dalam perjalanan pulang dari mampir dan mengobrol dengan mama-mama yang asik membuat noken.
Jadi? Bukan diri tak berempati kepada saudara-saudaraku dari Suku Minang dan Bugis mengingat korban kerusuhan Wamena terbanyak dari kedua suku tersebut.Â
Bahkan, salah satu korban kerusuhan Wamena Dokter Soeko Marsetiyo adalah rekan dari Oom Saya, semasa beliau menempuh pendidikan dokter strata satu di Universitas Diponegoro. Namun, biarlah duka menjadi duka kita bersama.Â
Larungkan duka lara kepadaNya. Cukupkanlah kesedihan berakhir pada hati yang mendoa. Banyak kisah dari korban selamat justru diselamatkan oleh orang Papua. Begitulah Papua penuh cinta, hangat lagi bersahaja.Â
Teriring doa teruntuk saudara-saudara kami tercinta disana. Untuk Oom, Tante, adik sepupu, Oma dan semuanya.. Meski terselip kecemasan, namun menyeruak pula satu keyakinan. Tanah Papua adalah "surga kecil" yang jatuh ke bumi.Â
Laksana sebuah surga maka tak hanya indah namun juga penuh kedamaian. Teriring doa untuk semua saudara-saudara Papuaku.. Rindu dan cinta adalah pengikat asa kita untuk terus bersama sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia.Â
Sebagai pengingat bagi diri, akhirnya adalah saling menghargai, mengasihi adalah pengikat rasa untuk sedia terus bersama sebagai pengingat diri.Â
Terlampir.. satu kenangan saat seorang diri saya naik angkot di papua dari satu wilayah ke wilayah lainnya, serta sebagian foto-foto yang saya ambil saat di Papua. Beberapa perjalanan dari sekian banyak perjalanan sendiri di Papua yang penuh cinta hingga hatipun dipenuhi rasa bahagia.