Pembahasan demi pembahasan yang kami lakukan jauh dari hiruk pikuk liputan media. Pun jauh dari kemewahan. Pembahasan yang meletihkan? Sudah pasti. Membosankan? apalagi. Tapi semua itu luruh ketika saya melihat keseriusan beliau dalam berpikir dan menyampaikan aspirasi demi aspirasi yang beliau terima. Beliau kerap menjelaskan siapa, kapan aspirasi tersebut dan terutama apa aspirasi yang disampaikan dalam pembahasan. Lalu kami bersama-sama meng-exercise dengan membuka berbagai UU yang lainnya dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya.
Tak jarang kami saling berdiskusi. Disinilah saya banyak mencerna bagaimana sikap seorang pemimpin seharusnya dari sosok Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq yang sangat terbuka dan rendah hati. Kerap kali saat saya lalai, saya teringat contoh yang langsung saya rasakan sendiri - saya pun malu dan meniatkan dalam hati untuk memperbaiki diri. Misalnya saja saat menghadapi anak-anak di rumah misalnya.
Keseriusan dan ketelitian Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq dalam membaca kata demi kata membuat saya juga semakin bersemangat untuk tetap mencermati, merumuskan secara hati-hati setiap substansi yang ada. Segala keletihan dan kebosanan rasanya malu untuk mengemuka bila mengingat teladan yang saya dapatkan.Â
Sungguh sangat beruntung kami yang memiliki pemimpin yang sungguh-sungguh memahami dan mengamalkan tuntunan Allah dan Rasullah ^_^ hanya kalimat itu yang kembali melintas di benak setiap mengingat sosok beliau. Terlalu memuji? Mungkin, bagi mereka yang belum mengenal sisi lain beliau. Sebagai manusia tentu tiada luput dari kekurangan. Namun tak salahnya bila kita mengetahui dan mengakui sisi lain dari seseorang yang patut kita jadikan teladan untuk menjadi diri lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H