Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sumpah Pemuda dan Revolusi Mental

28 Oktober 2015   12:46 Diperbarui: 28 Oktober 2015   12:46 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah benar konten-konten penyiaran yang ada saat ini sudah sesuai dengan fungsi penyiaran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat?

Kemudian benarkah konten-konten penyiaran yang dilahap habis oleh generasi muda kita benar-benar sesuai dengan arah penyiaran yang menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia?

Tentang internet, boleh kita katakan itu adalah salah satu sumber dari pergeseral mental dan moralitas generasi muda saat ini, tapi bukankah internet adalah ciptaan manusia? Yang pastinya memiliki kelemahan yang memberikan kita celah untuk kita kendalikan dengan itikad melindungi generasi muda kita?

Boleh kita berdalih, berbeda dengan Republik Rakyat Tingkok yang hanya harus menutup celah lubang tiga untuk internet misalnya sendang di Indonesia celah yang harus ditutup 60 bahkan lebih, tapi tetap saja seberapa pun biaya yang kita keluarkan akan sangat memberikan benefit atau keuntungan yang luar biasa di masa depan ketika kita mampu melindungi generasi muda kita dari serbuan serangan negatif dari luar.

Sebuah Pekerjaan Rumah (PR) besar utama tentunya adalah mendekatkan kembali generasi muda kepada penciptaNYA dan mengembalikan hakikat kesejatian diri sebagai manusia Indonesia sebagai bangsa Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pijakan mereka dalam menghadapi kehidupan. Lalu bagaimanakah kebijakan yang telah dijalankan selama ini? Apakah sudah sesuai dengan harapan kita akan capaian revolusi mental yang didenggung-denggungkan? Marilah kita tenggok berapa jumlah mata pelajaran dan lamanya waktu pelajaran tersebut diajarkan tentang arti penting kedekatan kita kepada Sang Pencipta kepada gerasi muda kita. Lalu bagaimanakah metode pendidikan kita?

Sebaik-baiknya pengajaran adalah dengan keteladanan. Itu adalah satu hal yang harus kita tanamkan dalam benak diri kita sebelum mengarahkan kemana revolusi mental kepada generasi muda kita akan kita lakukan.

Jika kita dapat berkata jujur – sejatinya segala macam jenis jargon tentang upaya mengembalikan mental – tidak diperlukan ketika kita sebagai BANGSA INDONESIA mampu menghadirkan semangat beragama dalam setiap sendi kehidupan kita berbangsa, bernegara sebagaimana telah dicontohkan para generasi muda Indonesia yang mampu mengerakkan semangat persatuan melalui sumpah pemuda. Salam #SumpahPemuda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun