Penggunaan bahasa pejabat politik yang sehari-hari dibikin rumit dengan dibumbuhi bahasa asing agar kelihatan keren, tentunya tidak ampuh digunakan saat berkampanye.
Begitu juga materi yang terlalu muluk dan diawang-awang akan membikin masyarakat bingung. Sebaiknya ketika berkampanye fokus pada isu-isu yang penting dan relevan dengan para pemilih.
Kampanye konvensional dengan berpidato satu arah di depan massa, kelihatan keren dan menimbulkan kesan gegap gempita yang luar biasa, belum tentu efektif.
Namun keterlibatan dengan pemilih walaupun dalam skala yang relatif kecil  sangat efektif untuk meraup suara.
Berinteraksi secara langsung dengan pemilih, baik melalui pertemuan tatap muka, debat, atau melalui media sosial, merupakan komunikasi partisipatif yang efektif.
Dengan cara ini calon, Partai atau juru kampanye bisa mendengarkan masukan mereka dan menunjukkan perhatian pada isu-isu yang mereka anggap penting.
Membujuk pemilih untuk menjatuhkan pilihan ketika Pemilu tentunya tidak akan mudah. Tentunya dengan waktu yang relatif singkat, selama 75 hari pemilih tidak akan punya waktu untuk memahami kredibilitas dan integritas calon.
Tugas para kandidat harus membangun citra yang meyakinkan dengan menunjukkan integritas, kejujuran, dan keandalan.
Pemilih akan lari dari calon yang kelihatan pembohong/pendusta dan akan lebih condong kepada pemimpin jujur yang dapat mereka percayai.
Hal yang sulit dilakukan ketika berkampanye adalah memberikan solusi konkret atas masalah yang dihadapi pemilih.Â
Memperlihatkan kesediaan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan rencana yang dapat dijalankan, merupakan langkah yang jitu.