Bekerja di kantor selama minimal 8 jam sehari, kadang terasa menghabiskan umur, sia-sia. Hal itu terjadi bila pekerjaan yang ditekuni bukan "passion" yang dicari. Bekerja hanya sekedar ikut-ikutan karena sudah lulus kuliah. Masa selesai study, masih ngendon di rumah, sedangkan teman-teman sudah pada kerja.Â
Apalagi sangat tidak nyaman tergantung terus sama Nyak dan Babe. Sejak dari kecil sampai sudah selesai kuliah masih menadahkan tangan sama orang tua untuk sekedar memperoleh uang jajan dan transport.Â
Setelah melamar pekerjaan kiri kanan dan melewati beberapa wawancara akhirnya ada perusahaan yang mau menerima sebagai karyawan.Â
Sebetulnya pekerjaan ini bukan yang diidamkan selama ini, walau gak sreg di hati, yah terima aja. Jadilah bekerja jadi siksaan sehari-hari. Bangun pagi membayangkan akan berangkat ke kantor, rasanya sangat menyiksa.
Tiba-tiba keadaan berubah total ketika mulai tertarik ke lawan jenis sesama karyawan. Memang bukan cinta pada pandangan pertama. Akibat sering ketemu, awalnya hanya cuma say hello.Â
Kemudian mulai percakapan-percakapan dengan perhatian khusus. Berlanjut dengan "nge date" menghabiskan waktu makan siang bersama diluar kantor. Hubungan akhirnya makin intens dan nampaknya kami telah saling jatuh cinta.Â
Sekarang kalau hari libur misalnya weekend, kami saling merindu. Pergi ke kantor sekarang merupakan kegiatan yang menggairahkan.
Ilustrasi diatas, menggambarkan bahwa passion seseorang terhadap sesuatu bisa dibuat atau bisa dirubah karena cinta.Â
Awalnya tidak menyukai suatu pekerjaan bisa berubah kalau ada efek samping cinta yang mengiringinya. Hormon endorfin yang terpicu dari mabuk cinta membuat apa yang dihadapan menjadi berbunga-bunga.Â
Lingkungan atau pekerjaan yang semula tidak menarik jadi berubah menjadi tantangan yang menggairahkan. Coba ingat-ingat pada waktu sekolah dulu, guru-guru cantik atau ganteng berbanding lurus dengan nilai bagus murid-muridnya. Mata pelajaran "killer" bisa berubah jadi fun karena daya tarik guru yang mengajarnya.