Mohon tunggu...
Handoyoputro
Handoyoputro Mohon Tunggu... Freelancer - Personal Life Coach

Personal Life Coach, Licensed Practitioner of Neuro Linguistic Programming, Certified Hypnotherapist, Certified Instructor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melepaskan Diri dari Belenggu Pengetahuan

13 September 2017   08:14 Diperbarui: 13 September 2017   14:48 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

Generalisasi ini sering dipakai untuk mengadu domba diantara kita. Kasus perusakan beberapa tempat ibadah pada awal reformasi, menunjukkan bagaimana distorsi cara berpikir ini dimanfaatkan untuk membuat kekacauan. Salut terhadap  Banser yang melakukan penjagaan rumah ibadah agama lain, walaupun mereka harus rela untuk mendapatkan kecaman dari orang yang belum memahaminya. Penjagaan yang dilakukan oleh ormas Banser terhadap tempat ibadah agama lain  itu dimaksudkan agar pengaruh adu domba menjadi tidak efektif.

Delusi, distorsi dan generalisasi menghalangi kita untuk memahami suatu makna dengan baik. Itulah sebabnya, semakin luas ilmu seseorang, dia menjadi semakin toleran terhadap pemahaman orang lain.

Kesimpulannya, makna yang kita pahami hanyalah sebatas persepsi dari sudut pandang dan peta mental pikiran kita yang penuh dengan keterbatasan. Tentu saja semakin luas dan akurat peta mental seseorang, akan semakin paham pula pemahaman seeorang terhadap realitas yang sebenarnya.

Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu berusaha untuk memperluas peta mental kita. Membuka lebar pikiran kita terhadap semua informasi yang ada. Tidak menolak informasi baru yang kita anggap salah tanpa menelaahnya dengan cermat terlebih dahulu, hanya karena tidak sama dengan "pengetahuan" yang sudah ada di dalam diri kita. Padahal jika kita bersedia menelaahnya dengan penuh kejernihan hati, mungkin saja informasi baru itu benar adanya. Dengan menolaknya, justru kita kehilangan kebenaran baru, yang justru bisa memperluas pemahaman kita.

Penolakan terhadap informasi baru yang berbeda dengan "pengetahuan" yang sudah kita miliki ini dikenal dengan "belenggu Pengetahuan. Disebut sebagai belenggu pengetahuan , kerena  menghalangi  kita untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memperluas kesadaran dan peta mental kita untuk memahami dunia dengan lebih baik. 

Itulah mengapa, kita harus melepaskan diri dari Belenggu Pengetahuan, agar terus berkembang dan semakin bijak dalam mensikapi kehidupan.

Mengapa gajah yang terlatih merasa tidak mampu melepaskan dirinya dari belenggu tali yang hanya diikatkan pada sebuah pasak? Padahal kekuatan gajah lebih besar dari belenggu yang mengikatnya itu. Karena Gajah itu dilatih untuk percaya bahwa belenggu benar benar mengikatnya. Jadi sebenarnya Gajah tidak dibelenggu oleh tali pada pasaknya. Tetapi gajah dibelenggu oleh pengetahuannya sendiri.

Handoyoputro

Inspirasi & Motivasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun