Mohon tunggu...
fransiscus handoyo
fransiscus handoyo Mohon Tunggu... -

Wiraswasta, tinggal di Yogyakarta, hobi fotografi, traveling Kontak: fransiscushandoyo@yahoo.com.sg

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Tidur Nyenyak Abang Becak

10 April 2010   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Abang becak Abang Becak di tengah jalan, cari muatan untuk mencari makan, putar-putar kaki mengayuh...", itulah cuplikan syair lagu Abang Becak karya Bimbo. Habis mengayuh becak, biasanya mereka beristirahat sejenak melepas lelah duduk di becak, mengambil nafas, meluruskan kaki dan minum melepas dahaga. Kaki dan tenaga menjadi andalan hidup mereka. Becak yang mereka gunakan bukan kepunyaan mereka. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki becak sendiri. Mereka biasanya menyewa, menyetor sejumlah uang yang telah disepakati kepada juragan becak. Usia mereka tersebar dari usia muda sampai usia tua, bahkan ada yang sudah tua sekali masi tetap menarik becak. Sejak awal mereka tidak mengharapkan menjadi tuang becak, mungkin karena himpitan ekonomi, terpaksa jadi tukang becak. Ada yang berasal dari luar kota seperti Klaten, meninggalkan anak dan istrinya, mencari nafkah dengan jadi tukang becak. Di Yogyakarta, becak banyak dijumpai, terutama di pusat kota, bahkan sampai di pinggiran kota. Mereka banyak dipakai untuk mengantar para turis berkeliling kota, mengantar anak-anak sekolah, mengangkut muatan bakul pasar. Di mana mereka tidur? Kebanyakan mereka tidak mempuyai rumah. Mereka terpaksa beristirahat, tidur di becak. Cukup memarkirkan becak di emperan toko atau pinggir jalan, mereka dapat beristirahat, tidur lelap, ditemani mimpi dan udara dingin yang menusuk kulit. Tidak ada yang namanya kamar tidur dan kasur empuk, apalagi rumah untuk beristirahat. Becak itulah rumah bagi mereka. Selamat mimpi-mimpi indah Bapak Becak, selamat berjuang... [caption id="attachment_115056" align="alignnone" width="500" caption="Di tepi Jembatan Sayidan Yogyakarta"][/caption] [caption id="attachment_115059" align="alignnone" width="500" caption="Di Jalan A. Yani, depan Benten Vredeburg Yogyakarta"][/caption] [caption id="attachment_115060" align="alignnone" width="500" caption="Di Emperan toko Malioboro Yogyakarta"][/caption] [caption id="attachment_115061" align="alignnone" width="500" caption="Di Pinggir jalan Malioboro Yogyakarta"][/caption] [caption id="attachment_115063" align="alignnone" width="394" caption="Di Depan salah satu toko jalan Malioboro Yogyakarta"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun