Mohon tunggu...
Han
Han Mohon Tunggu... pegawai negeri -

HaMdy alias Handono Mardiyanto. Penulis sosial, spiritual. Buku terbaru, Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani (Republika Penerbit, 2014).\r\n

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kencing Darah Saat Haji

27 Oktober 2012   03:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca entah mengapa sudah saya sukai sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kalau tak salah ingat, saya masih kelas 3 atau 4 SD ketika membaca kisah sejati ini. Kisah yang dimuat di majalah dewasa. Ada dua majalah jenis itu yang sering dibeli secara bergantian oleh bapak saya dulu: Selecta dan Varia. Saya lupa, di majalah yang mana kisah yang akan dituturkan ini dimuat. Bagi Anda yang kelahiran tahun 1980 dan sesudahnya, silakan tanya kepada orang yang lebih tua, benarkah ada dua majalah itu pada akhir tahun 60 hingga 70-an?

Pulang sekolah, waktu di rumah hanya ada pembantu, saya membaca majalah itu. Saya baca sambil ngumpet-ngumpet dengan hati yang berdebar. Sebab, ibu atau kakak, suka melarang saya membacanya.Nah, setelah membuka halamannya sana-sini, akhirnya bertemulah saya dengan kisah ini. Sebut saja, Nani; ibu muda dengan satu anak, yang mengaku berparas ayu. Malam itu, ia diajak suaminya menginap di sebuah hotel kecil di luar kota. Pagi-pagi besoknya, suaminya minta diri sebentar untuk menemui temannya di lobi hotel. Nani yang baru selesai mandi tak keberatan. Ia lalu tiduran lagi di ranjang sambil membaca majalah.

Pintu tiba-tiba terbuka begitu saja. Sesosok lelaki asing kemudian masuk ke dalam. Memperlakukan Nani seolah istrinya sendiri. Perempuan itu tentu saja menolak dan melawannya, tetapi apa daya, tubuhnya terlalu lemah beradu kuat dengan lelaki tak diundang itu.Setelah melepas nafsu bejatnya, lelaki itu keluar dengan tenangnya. Suaminya kemudian datang dengan suara terbata-bata, menjelaskan bahwa ia terpaksa mengizinkan kawannya itu masuk lantaran ia punya utang besar kepadanya. "Jadi, Mas jadikan aku sebagai pelunas utang?" tanya Nani dengan suara terisak marah. Sang suami cuma bisa mengangguk lemah.

Mungkin karena dilecut oleh amarah dendam pada suaminya sendiri, Nani lalu melakukan tindakan yang terbilang revolusioner pada bulan-bulan berikutnya. Ia kini memilih profesi sebagai wanita panggilan dengan sadar. Menghibur banyak lelaki yang merindu kenikmatan sesaat. Ia jalani pekerjaannya itu dengan sepengetahuan suaminya juga. Bertahun-tahun menjalaninya, hingga ia mampu mengumpulkan kekayaan yang kian banyak.

Suara azan berkumandang dengan irama yang indah ketika Nani terbangun di suatu subuh.Hatinya tiba-tiba diserang rasa takut pada maut dan pada Tuhan.Ia seolah melihat sebuah film di hadapannya, yang menggambarkan kembali adegan-adegan terkutuknya selama ini.Ia menangis tersedu-sedu waktu sujud terakhir shalat subuhnya. Di situlah, Nani bertekad meninggalkan lembah hitam kehidupannya.Ia pun pergi berhaji di tahun 70-an.

Hari pertama tiba di tanah suci, kali pertama ia membuang air kencingnya di sebuah kamar mandi penginapan, Nani dibuat kaget bukan alang kepalang.Air seninya bukan lagi air pada umumnya, melainkan darah yang menyembur deras. Tubuhnya lemas seketika. Hari-harinya kemudian ia isi dengan tobat demi tobat kepada Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi.

Demikianlah kisah yang pernah saya baca dulu. Kisah yang sebetulnya belum waktunya dibaca oleh seorang anak. Sebagai refleksi dari kisah itu, saya ingin mengatakan: manusia yang baik, kata Alquranul Karim, bukan orang yang tidak pernah bersalah, melainkan orang yang segera bertobat bilamana melakukan kesalahan.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun