Mohon tunggu...
Han
Han Mohon Tunggu... pegawai negeri -

HaMdy alias Handono Mardiyanto. Penulis sosial, spiritual. Buku terbaru, Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani (Republika Penerbit, 2014).\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Meniti Jalan Bahagia di Tahun Baru

1 Januari 2015   13:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:02 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420068466984558277

Seperti seorang ibu yang menutup pintu rumah, sedang anaknya masih berada di luar. Lalu si ibu berpesan kepada tetangga-tetangganya agar tidak membukakan pintu mereka untuk anaknya.Lalu si anak yang berada di luar, duduk sambil menangis dan meratap ketika dia melihat semua pintu tertutup rapat.Kemudian anak itu kembali ke pintu rumah ibunya.Ini merupakan gambaran ketika Allah mempersempit ruang gerak hamba-Nya agar dia kembali kepada-Nya dan hatinya tidak terikat oleh makhluk lainnya.

Melalui tamsil itu, secara tersirat Abdul Qadir ingin mengatakan hal seperti ini. Kebanyakan manusia mengharapkan agar selalu tersedia jalan keluar yang terbuka lebar dari setiap masalah hidupnya.Misalnya, hari ini sakit, besok sembuh.Hari ini kehabisanuang, besok punya lagi dalam jumlah banyak.Akibat harapan semacam itu, orang akan cepat menangis sedih manakala ia mendapati jalan-jalan keluarnya tertutup rapat.

Padahal, jika berbagai jalan keluar dari setiap persoalan selalu dibukakan secara mudah oleh Tuhan, besar kemungkinan orang malahan semakin betah tinggal di dunia. Ia pun akan semakin tergantung pada sesama makhluk—baik kepada kawan maupun sanak saudaranya. Itulah sebabnyaAllah Ta ‘ala sekali waktu sengaja memberikan kesempitan (kesulitan) hidup kepada seorang hamba. Agar sang hamba kembali ingat kepada Penciptanya di setiap tempat, waktu, dan keadaan.

Suatu petuah yang hendak memberi pemahaman kepada semua insan bahwa situasi dan kondisi yang serba buntu (kuldesak) dalam kehidupan sehari-hari janganlah diartikan secara negatif. Semua jalan keluar persoalan hidup yang buntu, semestinya dimaknai sebagai kasih sayang Allah untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya agar jangan melupakan Allah sebagai pencipta hidup. Jangan pula melupakan waktu mudik ke kampung akhirat, sebelum jatah hidup manusia di dunia habis.

Pengalaman-pengalaman hidup yang pahit adalah bagian dari kekayaan spiritual, yang penting bagi setiap orang. Sesuatu yang dibutuhkan untuk mengantarkan diri ke tingkatan-spiritual (maqam) yang lebih tinggi dan substansif, sehingga mampu mempertebal kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup sehari-hari.

Kendati demikian, fakta menunjukkan bahwa ketidakbahagiaan bisa pula timbul dari keadaan hidup yang serba lapang—lawan keadaan hidup yang serba sempit atau kuldesak.Ada sekian banyak tragedi bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang terkenal yang berkelimpahan secara finansial.Harta kekayaan yang selalu didambakan oleh banyak orang, ternyata bisa menjadi salah satu sumber pemicu masalah sesudah diperoleh dengan susah payah selama bertahun-tahun.

Kekayaan memang suka aneh perangainya. Terkadang ia menampakkan wajah manis, membuat pemiliknya riang gembira. Di lain waktu, wajahnya berubah bengis, menjadikan orang yang kaya raya terperangkap dalam tangisan yang panjang.

Buya Hamka, dalam Tasauf Modern, memberikan ilustrasi bagus tentang kekayaan. Harta kekayaan, katanya, kerap mirip dengan minyak wangi. Begitu harum saat pertama kali dioleskan, tetapi semerbaknya segera pupus setelah dipakai beberapa waktu.Tumbuhlah perasaan bosan memakai minyak wangi itu.Lantas, kembali lagi mengangan-angankan dan mencari-cari parfum baru yang lebih wangi seperti kepunyaan orang lain.

Seperti orang-orang yang tengah mengalami kesempitan hidup, mereka yang saat ini dikaruniai kelapangan dan kekayaan oleh Allah Ta’ala, dapat juga menimba banyak manfaat dari nasihat-nasihat Abdul Qadir.Petuah-petuahnya bisa dijadikan benteng pertahanan diri dari mara bahaya kekayaan dunia. Membantu Muslim untuk selamat dalam menjalani kelapangan hidup.Menjadikan hartanya penuh berkah, sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wassalam sabdakan, “Sebaik-baiknya harta adalah yang dipunyai oleh orang saleh.”

Seluruh nasihat Abdul Qadir Jailani menyadarkan kita bahwa agama bukan melulu soal norma atau aturan—sekadar mengatur boleh dan terlarangnya suatu perbuatan. Ada sisi-sisi lain dari agama yangpenting juga dimiliki oleh seorang Muslim, yakni penghayatan dan pengalaman batiniah. Tanpa keduanya, Muslim yang sudah bisa beribadah secara rutin, sangat mungkin belum dapat menerima dengan hati legawa jika suatu saat realitas hidup yang menyedihkan menimpa dirinya. Atau, ia tetap saja merasa gelisah ketika tengah mengalami realitas hidup yang menyenangkan.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun