Suatu hari saya bercakap-cakap dengan seorang teman yang usianya jauh lebih muda dari saya dan kebetulan dia seorang warga Filipina. (Boleh percaya boleh tidak, orang Filipina itu menurut saya punya banyak kesamaan karakteristik dengan orang Indonesia.)Â
Percakapan ini cukup menggugah rasa ingin tahu saya, karena saya mendapatkan sebuah fakta yang mengejutkan dan sulit diterima oleh nalar saya. Berawal dari cerita tinju dan Pacquiao, percakapan kami bergeser ke politik dan pemilihan presiden yang sebentar lagi akan berlangsung di Filipina.Â
Di sinilah kemudian saya mendengar sesuatu yang cukup mengejutkan, ketika dia dengan bersemangat tentang anak Ferdinand Marcos yang diperkirakan akan ikut terjun dalam pemilihan itu.
Tidak ada nada sinis, yang terlihat justru sebuah antusiasme.
Dengan hati-hati saya bertanya (dalam bahasa Inggris ala kadarnya), "Bukannya dulu bapaknya itu yang koruptor?"
"Ah, fitnah itu," jawab dia dengan yakin.
Saya berusaha menggali ingatan saya tentang peristiwa yang saya tonton di TV waktu saya masih kecil itu. Berita yang menampilkan jalanan dipenuhi orang-orang berdemo sambil membawa lilin, menuntut agar Marcos turun. Berita yang menampilkan koleksi sepatu mewah Imelda Marcos yang membuat orang berdecak-decak.
Apa kata teman saya itu ketika saya mencoba menceritakan serpihan-serpihan memori yang saya kumpulkan itu?
"Itu koleksi Imelda Marcos sebelum Ferdinand menjadi presiden, memang mereka orang kaya bahkan sebelum Ferdinand terpilih menjadi presiden."
"Bagaimana dengan Aquino?" tanya saya.