Uya Kuya menghipnotis seorang selebriti, kemudian menanyakan hal-hal yang sifatnya rahasia dan terkadang tabu. Audiens pun bertepuk tangan, bersuit dan tertawa, ketika satu demi satu rahasia terbongkar. Mendengar mereka mengungkap rahasia yang kecil sampai rahasia yang besar.
Ada juga selebriti lain yang juga mengaku mampu menghipnotis orang. Tampil dalam format acara yang berbeda. Kali ini yang dihipnotis akan mendapatkan semacam instruksi atau sugesti. Membuat mereka takut pada hal-hal yang remeh, atau sebaliknya mendadak "ngiler" pada hal-hal yang aneh. Penonton pun ramai tertawa dan bersuit melihat segala tingkah polah mereka yang di atas panggung, menampilkan perilaku yang absurd, gara-gara terkena hipnotis.
Secara ilmiah sendiri apa benar hipnotis bisa membuat orang melakukan hal-hal di luar kontrol dirinya?
Pertama-tama, hipnotis sendiri menjadi subyek penelitian ilmiah dan diakui memiliki efekivitas untuk mempengaruhi seseorang. Biasanya praktisi hipnotis dalam kerangka kerja yang formal ini, menggunakannya sebagai bagian dari terapi.
Menurut ilmuwan (silahkan baca di sumber referensi no. 2), hipnotis mempengaruhi otak, meredam bagian tertentu dari otak dan membuat seseorang bisa berpikir lebih terbuka dan terfokus.
Jadi apakah hipnotis dalam acara-acara hiburan yang sering kita lihat di layar TV kita itu sesuatu yang nyata?
Jawaban pendeknya : Tidak.
Hipnotis tidak bisa memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Hipnotis tidak menghilangkan kemampuan seseorang untuk mengontrol apa yang dia katakan dan lakukan. Seseorang masih bisa memilih untuk jujur atau bohong, meski dia berada di bawah pengaruh hipnotis (sumber referensi no 1).
Seseorang di bawah pengaruh hipnotis, memang menjadi lebih terbuka terhadap sebuah masukan atau sugesti dari orang lain. Itu sebabnya hipnotis dianggap cukup efektif untuk menjadi bagian dari sebuah terapi.
Namun sekali lagi perlu ditekankan, hipnotis tidak menghilangkan kontrol seseorang atas dirinya.