Beberapa hari yang lalu SBY sempat menuliskan cuitan lewat akun twiiter pribadinya @SBYudhoyono. SBY menyoroti tentang kondisi negara Indonesia saat ini yang banyak dipenuhi dengan kabar bohong, dan berikut petikan cuitannya :
"Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar 'hoax' berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*," Jumat (20/1/2017)
Sontak saja cuitan mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut langsung viral dan menjadi bahan perbincangan dikalangan masyarakat, khususnya para pengguna media sosial atau yang biasa disebut dengan 'netizen'.
Ribuan netizen bahkan saling adu argumen , ada yang memberi dukungan terhadap SBY, namun ada juga yang justru membuly SBY. Contoh saja cuitan dari akun bernama @farhatabbaslow yang notabandnya artis sekaligus pengacara dan begini bunyinya :
"Sewaktu anggota P. Demokrat byk masuk bui karna korupsi pak @SBYudhoyono gk pernah bilang Ya Allah, Negara kok jadi begini korupsi merajalela"
Rupa-rupanya Farhat Abbas sangat mengikuti perkembangan yang sedang terjadi di negeri ini, terbukti dengan kicauannya yang menyindir SBY. Harus diakui kicauannya sangat masuk akal karena berdasarkan kasus korupsi yang pernah menimpa elite politik partai berlambang mercy tersebut.
Adapun reaksi dari Anas Urbaningrum, yang tak lain adalah mantan politisi sekaligus teman separtai SBY di Demokrat. Dan berikut rangkaian isi surat dari Anas :
Dengan tanda bintang bertuliskan admin lewat akun twitter @anasurbaningrum, pengelola akun tersebut mengunggah foto tulisan tangan Anas. Tulisan berbahasa jawa itu berisikan tujuh poin falsafah jawa yakni :
1. Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. Kalimat tersebut merupakan falsafah jawa yan artinya, memohon bimbingan agar pemimpin jika di depan memberi suri tauladan, jika di tengah pemimpin membaur dengan rakyatnya untuk menyemangati, dan jika di belakang pemimpin memberi dorongan motovasi yang kuat kepada rakyatnya.
2. Ya Allah, jangan sampai terjadi “mestine dadi tuntuntan malah dadi tontonan”. Artinya jangan sampai yang mestinya menjadi tuntunan malah jadi tontonan rakyat karena perbuatan yang tak semestinya.
3. Ya Allah, jauhkan kami dari pekerti “ono ngarep ewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-egoli”. Artinya di depan menghalangi, di belakang malah menjadi beban.