GBK penuh sesak, stadion yang selesai dibangun pada 1962 tersebut bergemuruh, lapangan hijau menjadi sebuah panggung, semua tertuju ke sana. 3 rombongan tim besar silih berganti menjajal rumput GBK. Arsenal mengawali “Invasi” 3 Tim Inggris yang akan bergantian datang. Mendapatkan sambutan luar biasa dari para supporternya yang ada di Indonesia, dari Bandara halim sampai saat bertanding di Stadion, Arsenal disambut begitu meriah. GBK terlihat penuh, para supporter tentunya merindukan kedatangan klub pujaannya setelah terakhir kali 20 tahun yang lalu Arsenal datang ke Indonesia. Ya, 20 tahun lalu pada pertandingan terakhirnya di Indonesia, setelah melawat ke dua kota, Medan dan Jakarta, Arsenal berlabuh di Surabaya, dan pada saat itu seolah sejarah tercipta, Arsenal dipaksa tunduk atas Niac Mitra, klub galatama yang sekarang sudah Almarhum. Tentu sekembalinya ke Indonesia, Arsenal tidak akan mengulangi apa yang terjadi 20 tahun lalu. Minggu 14 Juli 2013, sambutan Luar biasa dari para supporter tidak terjadi pula dari Tim Indonesia Dream Team, para pemain Indonesia Dream Team yang berisi mayoritas pemain Timnas dibawah arahan coach Jaksen F Tiago gagal memberi“Sambutan” yang berkesan bagi Arsenal, Tim Indonesia Dream team tidak memberikan perlawanan berarti, dan berujung dengan dibabat habis 0-7,Pertandingan terlihat tidak seimbang, terutama pada babak kedua, terlihat stamina Pemain Indonesia Dream team melorot drastis dan berimbas pada pertandingan, dibabak pertama hanya kebobolan 1 gol, sedangkan pada 45 menit babak kedua 6 gol menggelontor ke jaring gawang Kurnia Meiga.
Seminggu berselang, rombongan Anfiled gank mendarat di Jakarta. Dengan pesawat khusus yang dipersiapkan oleh Garuda Indonesia, dan mendarat di Halim. The reds disambut lautan merah para Supporter Liverpool. Sambutan yang sangat luar biasa, mengingat ini adalah kali pertama Anfiled gank mengunjungi Indonesia.Indonesia XI yang kali ini akan melawan The Reds juga terlihat ingin menyulitkan Liverpool, anak asuh Jaksen F Tiago tampaknya ingin membalas kekalahan pahit atas Arsenal seminggu sebelumnya. Tampak permainan di atas lapangan, pertandingan melawan Liverpool lebih seru dan asik untuk dilihat, bagaimana Tim Indonesia kerap memberikan tekanan yang jarang kita lihat saat pertandingan melawan Arsenal, lini tengah yang mengalami perombakan berarti, masuknya Bustomi dan Taufiq memberikan rasa berbeda dalam permainan Indonesia XI, namun kembali lagi, kalah kelas dan kalah permainan menjadi kendala, 2 gol melesak ke jaring Kurnia Meiga, aktor dari gol tersebut adalah Coutinho, Sterling. Kekalahan 0-2 ini memang sedikit menyakitkan, namun mengingat lawan yang dihadapi memiliki level permainan yang lebih tinggi, kekalahan ini dianggap lebih baik daripada kekalahan atas Arsenal. Bisa dilihat dari respon para penggila bola yang berkicau di twitter, para kicau mania lebih mengapresiasi permainan tim Indonesia XI dari pada Indonesia dream team.
Hanya berselang beberapa hari gantian klub kaya raya Inggris Chelsea akan menjajal rumput GBK dan perlawanan Tim Indonesia, yang kali ini bukan dilabeli Dream team ataupun XI, tapi Indonesia All Star. Untuk membahas bagaimana sambutan publik Indonesia, seperti 2 klub sebelumnya, Chelsea juga disambut luar biasa oleh supporternya disini. Setelah rentetan kekalahan yang cenderung mengerucut, kalah 0-7 dari Arsenal dan “Hanya” kalah 0-2 dari Liverpool tampaknya membuat Tim Indonesia all star yang dari komposisi pemain sedikit mengalami tambal sulam dengan masuknya Andik dan Greg, dan yang paling sentral, Tim All star kali ini tidak ditangani oleh Jacksen namun ditanggani oleh pelatih Timnas U 23, Rahmad Darmawan. Keyakinan untuk menyulitkan Chelsea tampak pada Pra pertandingan, masuknya “messi” Indonesia (Andik) ke dalam tim memberikan suntikan lebih, ditambah bomber naturalisasi Greg Nwokolo menambah rasa percaya diri.Namun kenyataan berbanding terbalik, Sebuah skor telak menohok kita semua para pencinta sepakbola, papan skor menunjukan 1-8, gawang Kurnia Meiga dibombardir para pasukan dari London. Permainan yang menyulitkan lawan yang ditunjukan saat lawan Liverpool justru tidak terlihat, terlihat begitu mudahnya gawang dibobol. Hanya ada satu gol hiburan yang mampu membuat kita sejenak bersorak, saat Kalas salah mengantisipasi bola krosing Greg yang justru menjebol gawang Chelsea.
Sebuah hasil uji coba yang sangat mengecewakan, kita menjadi bulan-bulanan lawan. Walaupun yang melawan ketiga klub EPL bukan “Timnas”, karena FIFA melarang penggunaan kata “Timnas” apabila beruji coba dengan Klub. Namun Tim yang melawan Arsenal,Livpool dan chelsea adalah Tim yang berisikan materi pemain yang akan melawan China pada kualifikasi Piala Asia harus menerima kenyataan menerima gelontoran banyak gol atas Klub yang sedang “berwisata” tour ke Asia. Klub yang datang ke Indonesia memang lebih di atas kita, dalam segala hal. Kemenangan memang hal yang sangat sulit. Kekalahan telak justru bisa menghancurkan mental bermain saat akan menghadapi musuh yang sesungguhnya yaitu China. Kekalahan tersebut juga menjatuhkan mental kita di kalangan “teman-teman dekat” se asia tenggara, Thailand dan Malaysia yang juga kedatangan chelsea, mereka “hanya” kalah 0-1 dan 1-4. Melawan Tim dengan kelas yang lebih diatas memang perlu, namun PSSI sebagai otoritas sepakbola di negara ini harus juga mencarikan lawan yang sepadan, selain untuk mengasah secara nyata kualiatas para pemain, mencarikan lawan yang sepadan juga bisa berdampak pada rangking FIFA, tentunya PSSI harus merencanakan agenda yang disusun oleh FIFA dengan baik. Kemenangan atas Negara lain dapat memberikan poin tambahan, dan semanggat tambahan. Mendatangkan Klub luar pasti memiliki dampak postif, terutama bagi masyarakat yang haus akan hiburan, namun mendatangkan Lawan tanding yang seimbang juga berdampak postif pada permainan Timnas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H