Oksigen hiperbarik telah lama dikenal sejak 100 tahun lalu. Dulu dipakai oleh para penyelam untuk mengatasi berbagai penyakit akibat penyelaman, namun saat ini telah berkembang luas sehingga oksigen hiperbarik dimanfaatkan untuk berbagai penyakit medis lainnya. Diabetes, stroke, tuli mendadak, sumbatan pembuluh darah, trauma, luka yang sulit sembuh/kering, bahkan autisme dapat diperbaiki dengan terapi oksigen hiperbarik. Pasien masuk di dalam chamber, yang dialiri oksigen murni (100%), kemudian diberikan tekanan tinggi hingga 2,4 ATA, selama 1-2 jam. Di dalam chamber, pasien dapat menikmati musik/lagu, sehingga membuat pasien menjadi lebih rileks. Saat ini terapi oksigen hiperbarik telah digunakan secara klinis untuk masalah-masalah kanker. Berbagai penelitian telah dilakukan, baik pada hewan maupun pada penderita kanker. Dan hasil yang diperoleh, cukup signifikan. Oksigen hiperbarik memberikan suasana hiperoksia pada sel kanker. Di dalam lingkungan yang kaya oksigen, sel kanker mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Sel kanker terbiasa hidup dalam suasana hipoksia (kekurangan oksigen). Kondisi hipoksia menjadikan sel kanker dalam status " selalu lapar", sehingga sel kanker selalu membutuhkan nutrisi yang sangat banyak. Kondisi hipoksia membuat sel kanker menjadi mudah berkembang pesat sebab banyak faktor-faktor pertumbuhan yang dihasilkan sel kanker. Berbagai faktor pertumbuhan ini membuat sel kanker mudah mendapatkan glukosa sebagai sumber energi, dan memudahkan terbentuk pembuluh darah baru. Adanya pembuluh darah baru akan dipakai oleh sel kanker sebagai sarana penyebaran. Konsentrasi oksigen yang tinggi di dalam tubuh, dapat meningkatkan fungsi daya tahan tubuh. Sel darah putih (lekosit) memiliki kemampuan fagositosis (memakan) yang meningkat sehingga mampu melawan sel kanker. Antioksidan alami yang ada di dalam tubuh, seperti enzim superoxide dismutase, gluthation peroxidase, juga mengalami peningkatan bila tubuh mendapat terapi oksigen hiperbarik. Antioksidan ini dapat menetralkan radikal bebas yang dihasilkan oleh sel kanker. Oksigen hiperbarik juga membantu meningkatkan sensitivitas obat kemoterapi dan terapi radiasi. Seringkali ditemui, kanker yang sudah dioperasi dan mendapat kemoterapi/radioterapi, sel kanker tetap "membandel". Sel kanker kebal terhadap kemoterapi/radioterapi. Kondisi hiperoksia dapat mengubah perilaku sel kanker, sehingga obat kemoterapi mudah menembus dan menghancurkan sel kanker. Efek kemoterapi/radioterapi terhadap sel normal sungguh-sungguh tidak diinginkan. Sel normal menjadi rusak /mati. Gejala/tanda yang bisa kita temui yaitu muntah/mual sebab kerusakan sel epitel saluran cerna, rambut rontok sebab kematian sel rambut, tampak pucat dan terjadi anemia sebab terjadi kerusakan sel darah merah atau berkurangnya produksi sel darah merah, kulit di sekitar area radiasi menjadi hitam sebab terjadi kematian jaringan kulit. Oksigen hiperbarik memiliki manfaat mempertahankan sel normal agar tetap hidup. Oksigen hiperbarik memberikan energi bagi sel normal agar dapat tetap bertahan hidup. Monoplace Hyperbaric Oxygen Chamber " Tuhan memberikan manusia akal budi agar manusia dapat berusaha dan berkarya yang terbaik. Bila manusia tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, sesungguhnya Tuhan ingin agar manusia terus berusaha dan selalu ingat kepada-Nya, dan manusia harus mengakui bahwa hanya Dia lah yang Maha Kuasa. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H