Hari ini, dunia banyak dipenuhi sandiwara dan para mafia. Merebak kedzhaliman dan kesewenangan. Umat islam terpuruk secara aqidah, akhlak dan ekonomi. Sesama umat gemar bertikai dan berpecah. Agama dimonsterisasi, ulama serta orang shaleh dicari kesalahannya, lalu distigma negatif, umat dicurigai, dakwah diprovokasi, kebaikan dianggap radikalisasi. Islam, Nabi, masjid dan hijab dilecehkan. Tingkah laku buruk kaum umara menggelisahkan. Maksiat berkembang dimana-mana dan beragam wujudnya.
Ada banyak tokoh hebat yang dilahirkan dari Rahim Sejarah Islam, sebutlah Abu Bakar, Utsman, Ali, Abu Hurairah, Umar Bin Abdul Aziz, Al Bukhari, Imadudin Zanki, Shalahudin Al Ayyubi, Imam An Nawawi, Muhammad Al Fatih dan nama-nama besar lainnya. Masing-masing tokoh besar itu memiliki porsi keistimewaan serta keutamaan, baik dalam keshalehan, kepemimpinan, keilmuan, kedermawanan, keberanian dan lainnya.
Dan Umar adalah simbol keadilan yang tak diragukan lagi. Ia jadikan kebenaran sebagai iman-nya. Tempat mengadunya orang-orang terdzhalimi, lalu menghadirkan rasa aman untuk mereka. Umar memecat dan menghukum bawahan yang menyeleweng atau mengakali aturan, lalu mengembalikan hak kepada pemiliknya, meminta dikoreksi jika keliru, menghukum pencuri uang negara. Blusukannya bukan pencitraan tapi naluri seorang pemimpin, ia mentradisikan mengontrol masyarakat sebelum istilah blusukan viral ditengah masyarakat. Umar juga memuliakan anak-anak, menghormati orang tua serta memahami istri.
Adakah pemimpin yang adil seperti Umar, setelah Nabi Muhammad SAW ? Dan siapa pula yang bisa setingkat Umar kadar keadilannya ? Tentu, sulit dijumpai. Rahim ibu masa kini terlalu lemah untuk melahirkan sosok sebesar Umar. Umar memang tidak sempurna, layaknya seperti manusia lainnya tentu ada kekurangan. Tapi ia mendekati kesempurnaan, bahkan karakternya seperti seorang Nabi. Nabi Muhammad SAW pernah memujinya.
“Sungguh pada umat sebelum kalian ada manusia yang memiliki kemampuan seperti Nabi jika ada salah seorang diantara umatku yang memiliki kemampuan seperti Nabi. Umar-lah orangnya.” (HR Al-Bukhari).
Nabi Berdo’a Kehadiran Umar Untuk Kekuatan Islam
Umat ini rindu sosok pemberani seperti Umar. Karena ternyata, ketiadaan pemimpin umat yang berpihak dan melindungi umat, ulama, orang shaleh, rakyat kecil dari rongrongan kaum yang sewenang-wenang adalah musibah besar. Karena itu, kehadiran sosok kuat bergabung kepada kebenaran itu menjadi kebutuhan. Kehadirannya tidak cukup diimajinasikan tapi harus diusahakan, bahkan dido’akan. Nabi pernah mendo’akan Umar agar menjadi pendukung kekuatan dan kemuliaan islam sehingga lebih bertenaga.
Nabi berdo’a :
Ya Allah, muliakanlah islam dengan orang yang paling engkau cintai dari kedua laki-laki ini : Abu Jahl atau Umar Bin Al-Khatab. (HR. At Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Dari do’a ini, Allah SWT memilih keislaman Umar Bin Al-Khatab, dan Keputusan Allah SWT selalu yang terbaik.
Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam kitabnya, Fashlul Khithab fi Sirati Amiril Mukmin Umar Bin Al- Khathab, Syakhsiyatuhu wa Ashruhu, menceritakan bagaimana susunan kejadiaan Umar bergabung dengan Islam.