Mohon tunggu...
Handika Suryo
Handika Suryo Mohon Tunggu... -

Hukum | Untuk Indonesia lewat tulisan - tulisan gagasan dan opini | Tulisan hanya mewakili pendapat pribadi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilgub Jabar: Barometer Kedewasaan Berpolitik Indonesia

26 Februari 2013   07:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:40 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ceritanya beberapa hari terakhir saya cukup mengikuti perkembangan dari Pilgub Jabar yang beberapa waktu lalu masyarakat Jawa Barat telah melaksanakan pesta demokrasi tersebut. Dalam pelaksanaannya sejauh ini Pilgub Jabar tergolong kondusif dan aman dilihat dari aspek generalisasi meskipun jika dilihat dari beberapa media massa sempat ada beberapa Black Campaign yang bertebaran menjelang hari pencoblosan.

Sejatinya, secara teori dan pendapat banyak orang sebuah sistem demokrasi adalah sistem yang diakui ideal di mayoritas belahan dunia saat ini, begitupun di Indonesia meski dalam pelaksanaannya tetap ada saja pihak yang menggunakan celah – celah kosong untuk menghalalkan segala cara meraih kemenangan dalam pemilihan langsung. Dikatakan sangat ideal karena pemilihan langsung cukup mengakomodir peran partisipasi rakyat secara langsung karena dapat langsung memilih pemimpin sesuai dengan keinginan para rakyat.

Pilgub Jabar juga menjadi bagian dari cara meningkatkan peran partisipasi masyarakat untuk dapat memilih langsung pemimpinnya untuk 5 tahun ke depan. Dari mekanisme yang berjalan lah kita bisa mengetahui bagaimana karakter masing – masing calon pemimpin yang diusung dan mencalonkan diri karena ada juga calon independen non partai. Kita tahu pasangan calon Nomor 1 yang merupakan calon Independen non-partai, pasangan Nomor 2 yang didukung oleh Partai Golkar, pasangan No.3 yang didukung oleh Partai Demokrat dan partai koalisi, No.4 yang didukung oleh PKS serta partai koalisi, No. 5 yang didukung oleh PDIP. Karakter masing – masing calon gubernur semakin terlihat setelah selesai pencoblosan dan setelah beberapa lembaga survei merilis hasil hitung cepatnya (Quick Count). Dan siapapun yang unggul dalam hitung cepat tersebut jelas tidaklah secara resmi menjadi pemenang dan menjadi gubernur dan wakil gubernur terpilih, karena rilis resmi hanya dikeluarkan oleh KPU Provinsi Jabar. Terlepas dari pada itu saya cukup memperhatikan masing – masing calon yang menanggapi hasil hitung cepat tersebut, bagi calon No.4 yang unggul dalam hitung cepat tersebut mengucapkan rasa syukur dan terimakasih atas kepercayaannya, sedangkan bagi yang kurang unggul seperti No.1 dan No.2 seolah No Comment, ada yang mengucapkan selamat juga seperti pasangan calon No urut 3.

Menurut saya bagi yang bersikap seolah No Comment itu merupakan sikap pasif yang tidak salah juga, karena dalam komunikasi politik itu ada wibawa politik yang harus dijaga. Tapi saya angkat topi dan salut untuk yang berani mengucapkan selamat bagi yang diunggulkan, itu merupakan jiwa besar dan negarawan. Namun, juga ada calon yang meraih suara cukup tinggi seolah tidak puas dengan hasil yang telah didapat, yang menurut saya sikap ini sangat digambarkan oleh calon No.5. Padahal bagi beberapa rakyat Jabar, jumlah perolehan suara yang ia dapatkan sudah jauh lebih tinggi dari perkiraan kebanyakan orang dan itu harusnya membuat dia lebih berbesar hati karena mendapat kepercayaan lebih. Seperti pemberitaan yang diberitakan beberapa media massa, seolah calon tersebut tidak mau menerima hasil hitung cepat dan bersikeras akan terus berusaha, pertanyaannya bagaimana lagi caranya berusaha mengejar ketertinggalan sebagaimana diberitakan hasil hitung cepat sementara pencoblosan sudah selesai dilaksanakan. Apakah ingin mencari – cari kesalahan pasangan calon lain? Jika memang mereka punya bukti kenapa tidak dari awal dilaporkan? Atau jika tidak mencari – cari kesalahan pasangan calon lain, bentuk usaha yang akan dilakukan apa lagi? Karena tidak mungkin melakukan kampanye lagi jika memang KPU belum memutuskan bahwa Pilgub ini berjalan 2 putaran.

Perlu kita ketahuai bahwa nafas dari sistem demokrasi yang dalam memilih pemimpinnya menggunakan cara pemilihan langsung adalah kebesaran hati para calon. Mental siap menang dan yang terpenting mental untuk siap tidak menang serta sikap mau menerima sebagai seorang negarawan haruslah didahulukan dibanding ego pribadi untuk bisa menjadi pemenang dalam pemilihan langsung. Karena rakyat, yang dalam hal ini rakyat Jabar secara khusus dan rakyat Indonesia secara umum sudah dapat memilih secara rasionalitas. Tolong jangan cederai mekanisme yang diatur oleh Undang – Undang untuk mencari – cari kesalahan yang ada dalam Pilgub ini sebagai alasan bahwa yang namanya Pemilihan Umum itu hasil akhirnya ada di MK karena pihak yang tidak puas itu membawa perkaranya ke MK, jangan lempar batu sembunyi tangan juga seolah bersih seorang diri padahal di beberapa media juga diberitakan tentang indikasi pelanggaran dan kecurangan yang ditemukan. Banyak rakyat yang sudah dapat menilai mana sosok yang sebenernya sangat berambisi untuk menjadi pemenang dan mana pihak yang mendahulukan kebesaran hati.

Saya tidak merasa keberatan sebenarnya jika memang ada calon yang mengetahui adanya pelanggaran yang dapat mempengaruhi hasil Pilgub ini. Hal tersebut silahkan dilaksanakan mekanisme pelaporannya sebagaimana diatur oleh hukum. Hanya saja, tolong jangan jadikan mekanisme tersebut seolah seperti kendaraan cadangan untuk bisa menduduki kursi pemenang. Karena menurut saya seorang calon pemimpin yang juga kader partai seharusnya dapat menyikapi perolehan suara yang didapat untuk menjadi barometer pemilu – pemilu mendatang seperti pemilu 2014 nanti misalnya. Selain itu sudah seharusnya para pemeran panggung – panggung politik lebih memperhatikan nasib – nasib rakyat pasca terpilihnya gubernur yang baru nanti dibanding ambisinya untuk dapat duduk menjadi pemimpin yang menang dalam pemilihan umum. Karena jika memang mekanisme sengketa pemilu dilaporkan ke MK maka kerja – kerja Jabar akan tersendat juga. Saya berharap semoga semakin bertambah umur demokrasi di Indonesia ini maka semakin bertambah pula kedewasaan berpolitik mereka – mereka yang berniat mengabdikan dirinya untuk bangsa ini. Karena dalam pemilihan umum itu sejatinya ada yang menang dan kalah, tidak mungkin semua calon menjadi pemenang atau bahkan semua calon kalah. Siapapun yang terpilih itu merupakan bentuk kemenangan rakyat apalagi jika sampai akhir kondisi tetap kondusif, terjaga dan aman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun