Siapa di dunia ini yang tak pernah mengalami patah hati? Siapapun dari kita yang pernah jatuh cinta, pasti juga pernah merasakan sakitnya patah hati. Bahkan sosok seorang James Bond yang digambarkan berhati dingin sekalipun, pernah mengalami getirnya patah hati di pelukan kekasihnya, Vesper Lynd.
Sebagian dari kita butuh waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun untuk pulih dari rasa sakit patah hati. Padahal patah hati bisa dengan mudah diredakan, asalkan kita benar-benar mau beranjak dari peluk ingatan masa lalu yang membuat nyaman. Tidak percaya?
Mari saya ceritakan perihal lelaki tampan berhidung mancung, dengan sisiran rambut klimis, yang sekali saja ia melontarkan senyum, dunia seolah berhenti berputar.
Namanya Emre Can, pria berkewarganegaraan Jerman yang memiliki darah Turki, yang baru beberapa hari lalu bergabung dengan klub Borussia Dortmund.
Bergabungnya Can ke Dortmund bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Barangkali nama Dortmund sendiri, tak pernah terlintas sama sekali di benaknya sebagai tempat berlabuh. Di hatinya masih ada satu klub, yang pernah mengiming-iminginya harapan, tentang sesuatu yang diidam-idamkan seluruh pesepakbola, yakni mengangkat trofi juara.
Ketika itu, di pertengahan musim 2017-2018, sewaktu ia masih membela Liverpool, Can ditawari kesempatan bermain dari salah satu klub raksasa di Italia, Juventus. Can yang kala itu kontraknya akan habis di akhir musim, diliputi kebimbangan untuk tetap bersama Liverpool, atau memulai tantangan baru yang belum pernah ia rasakan di liga yang benar-benar baru, Liga Italia.
Pada akhirnya kita sama-sama tahu, Juventus berhasil meluluhkan hati Can. Ia rela meninggalkan gegap gempita Liga Inggris yang glamor, menuju ke sebuah liga yang mulai jarang mendapat perhatian. Namun itu bukan persoalan besar, sebab di benak Can kala itu, tak penting lagi soal ketenaran, yang ia butuhkan adalah kesenangan dan gairah berburu dan memenangkan piala. Liverpool tak menawarkan keduanya saat itu.Â
Hari-hari pertama Can di Italia berjalan cukup menggembirakan. Di bawah komando Massimiliano Allegri saat itu, Can diplot sebagai gelandang tengah "box to box" yang bertugas memberi keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Ia cakap dalam mengalirkan bola ke depan, sekaligus memutus serangan balik lawan dengan cukup lugas.
Kecemerlangan Can dalam menerjemahkan taktik sang pelatih di lapangan, mengantarkannya meraih gelar juara liga bersama Juventus di musim itu. Raihan ini membuatnya kian percaya diri menatap musim keduanya bersama Juve.
Sayangnya, pergantian pelatih dari tangan Allegri ke Maurizio Sarri justru membuat dirinya hanya menjadi pilihan kedua, bahkan mungkin yang ketiga, setelah Sami Khedira & Blaise Matuidi. Menyedihkannya lagi, di awal musim 2019-2020, namanya bahkan tak lagi diikutsertakan ke dalam skuad Juventus di Liga Champions.
Saat itu Can sempat mengutarakan kekecewaannya di akun media sosial miliknya, namun kemudian ia menarik kembali kalimatnya, dengan mengatakan, "Saya menerima apapun keputusan pelatih, dan akan berjuang sekuat tenaga, untuk memperjuangkan posisi saya di tim ini." Sebuah sikap yang tentunya menunjukkan betapa ksatrianya seorang Emre Can.