Bukan main, begitu tolerannya sikap emak tadi dan sambil berkelakar ia meluncurkan kata-kata dari mulutnya (yang sudah nyaris keriput) itu: "Yang Islam Allahu akbar; yang Kristen Halleluya; tidak untuk dipertentangkan, mari kumandangkan lagu Garuda Pancasila saja. Dengan semangat menggebu emak itu berdiri dengan sikap tegap bak tentara baris, ia mulai menyanyikannya.
Sungguh luar biasa pemandangan yang penulis sempat liput peristiwa hebat dan menakjubkan itu dengan HP. Sepulang dari situ langsung penulis menuangkannya dalam bentuk goresan pena sederhana ini.Â
Namun, makna yang dapat penulis petik dari dalamnya sangat dalam. Kalau emak-emak saja cinta pada Pancasila, bagaimana dengan kita yang masih berkarya? Sebagai orangtua atau yang berprofesi sebagai guru dan dosen, sebagai anggota masyarakat hendaklah aktif menggaungkan betapa pentingnya kita cinta Pancasila. Pancasila itu bukan agama, tapi bisa merukunkan  semua umat beragama yang ada di Indonesia.
Sebagai penutup tulisan ini, penulis menghimbau kepada seluruh pembaca yang budiman: "Kalau Anda tidak bisa mencegah orang-orang yang berpikiran negatif yang ada di sekeliling Anda, percayalah bahwa Anda pasti dapat mencari dan menemukan  orang-orang yang berpikiran positif. Bergaul-lah dengan mereka yang Anda anggap baik dan benar (stay in positive environment). Â
Ada tertulis bahwa pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik, jadi jangan sesat dan jangan mau disesatkan. Kalau emak-emak saja punya semangat yang luar biasa untuk cinta Pancasila, bagaimana dengan Anda? Banggalah menjadi bangsa Indonesia dan jangan lelah untuk mencintai Indonesia! Laksanakan perintah, hormatilah ayah-ibu mu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepada-mu.
"Selamat merayakan Hari Ibu, tanggal 22 Desember 2022"
Â
Jakarta, 20 Desember 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia-tyasyes@gmail.com