Sebagaimana kita semua ketahui bahwa pandemi covid-19 ini belum berakhir, lalu apa yang mesti kita lakukan untuk mengisi hari-hari yang kita jalani? Selama masih ada kesempatan, jangan berpangku tangan, waktu tidak menunggu si ’malas’ dan mereka yang banyak dalih. Sering kita dengar ‘No Action talk Only’, yang lebih parah lagi ialah ‘No Action Reason Only’. Apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap terus bergerak maju dan terus lakukan introspeksi diri. Bersiap sedialah selalu belajar untuk menjadi lebih baik, karena itu adalah hal positif yang bisa dilakukan saat ini.
Di saat-saat kondisi yang semakin membaik ini, jangan lengah (ingat kasus corona di Amerika Serikat!). Sementara pemerintah menggiatkan pemberian vaksin kepada seluruh warganya, masing-masing kita hendaknya tetap mematuhi protokol kesehatan. Warga jangan sampai terlena dengan kondisi penularan covid-19 yang mulai menurun.
World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia juga mengingatkan kepada semua negara agar tetap waspada, karena sangat mungkin akan ada varian-varian baru yang jauh lebih ganas.
Perekonomian Indonesia ‘pontang-panting’ dibuatnya dihajar pandemi covid-19 yang berlangsung sudah hampir dua tahun lamanya. Dunia kesehatan berduka karena banyak dokter dan tenaga kesehatan (nakes) yang harus berpulang ke rahmatullah. Begitu juga halnya dengan dunia pendidikan, pelajar merindukan kembali ke sekolah dan menikmati Pembelajaran Tatap Muka (PTM) seperti dulu-dulu lagi. Akan tetapi, apakah benar sudah benar-benar aman?
Sementara ada pihak yang menyambut gembira, di pihak lain ada yang masih was-was karena PTM yang dibuka di sejumlah daerah dengan mengacu Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3 dinilai masih membahayakan kesehatan dan keselamatan anak.
Hal tersebut disebabkan masih banyak anak usia 7–15 tahun yang belum divaksin tapi dibolehkan mengikuti PTM. Pendidik dan tenaga kependidikan juga belum semuanya divaksin, belum lagi jika sekolah tersebut melanggar Standart Operating Prosedure (SOP) dan protokol kesehatan (prokes) yang diwajibkan.
Dunia benar-benar penuh ketidakpastian di tengah situasi pandemi covid-19 ini. Ada yang sudah menyadari pentingnya hidup sehat namun, ada pula yang masih suka abai dengan berbagai alasan. Â Harus disadari bersama bahwa semua harus mengalami perubahan, karena di dunia ini semua pasti berubah dan hanya satu yang tidak pernah berubah, yakni perubahan itu sendiri.
Oleh karena itu, sesuai dengan yang ditulis oleh Stephen R. Covey dalam bukunya The Seven Habit of Highly Effective People, pada habit pertama adalah menjadi manusia yang pro-aktif (be pro-active). Orang yang pro-aktif adalah orang yang tidak hanya sekedar aktif dalam bertindak namun, lebih dari itu.
Ia adalah orang yang mampu berpikir cepat dan bertindak cepat, manusia seperti itu yang sangat diperlukan saat ini dan di waktu-waktu mendatang. Ia tidak banyak alasan, ia tipe orang yang tidak hanya berani mengambil risiko (take a risk) tetapi berani menjemput risiko.
Ia adalah orang yang mempunyai paradigma ‘walaupun’, bukan ‘jika’. Contoh: Sebagai guru/dosen, saya tidak boleh datang terlambat ketika akan masuk kelas untuk mengajar atau memberi kuliah, walaupun hari hujan. Lain hal kebalikannya, sebagai guru/dosen saya akan datang mengajar tidak terlambat jika saya diberi uang taxi karena sekarang hari sedang hujan lebat atau saya akan menunggu sampai hujan berhenti dan akhirnya terlambat. Manusia yang tergolong pro-aktif adalah sosok yang cenderung berpikir sebelum bertintak. Sikap pro-aktif sering dihubungkan dengan kebiasaan hidup sehari-hari, terutama dalam mengambil keputusan. (keputusan tetap berangkat walaupun hujan atau keputusan menunda dengan berbagai dalih!).
Perilaku pro-aktif