Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pandemi Belum Usai, Jangan Dulu Santai

17 Agustus 2021   21:17 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:31 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Baru saja kita mendengar pengumuman melalui media televisi bahwa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa dan Bali diperpanjang lagi sampai dengan tanggal 23 Agustus 2021. Memang pandemi covid-19 cenderung menurun, terbukti dengan telah ditutupnya beberapa Tower Wisma Atlit karena pasien dinyatakan sembuh namun, konon untuk daerah di luar Jawa dan Bali menunjukkan tren yang meningkat. Apa gerangan yang menyebabkan kasus orang terpapar covid-19 itu semakin meningkat? Disinyalir bahwa orang-orang mulai abai dengan protokol kesehatan yang sesungguhnya harus tetap dipatuhi secara ketat. 

Oleh karena itu, Bapak Presiden Jokowi dalam pidato sidang tahunan dan sidang bersama DPR, DPD dan MPR juga mengingatkan perlunya seluruh bangsa Indonesia tetap patuh menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Sekalipun sudah mulai ada pelonggaran-pelonggaran yang diberlakukan bertahap, seperti tempat ibadah boleh di isi 50%, demikian juga dengan mal-mal, restoran/tempat makan dengan ketentuan tiap meja hanya boleh duduk 2 orang untuk makan di tempat, diijinkan melakukan olah raga out door.

Lalu bagaimana dengan sekolah? Meskipun DKI Jakarta sudah dinyatakan sebagai zona hijau, kita semua harus tetap waspada dan mematuhi syarat 6 M, yaitu: (1) Memakai masker, (2) Menjaga jarak, (3) Mencuci tangan, (4) Menjauhi kerumunan, (5) Mengurangi mobilitas, (6) Menghindari makan bersama di tempat umum. Semua itu demi kesehatan dan keselamatan bersama, karena sudah banyak korban berjatuhan, terpapar covid-19 dan bahkan sudah banyak pula yang meninggal gara-gara wabah corona yang berlangsungnya sudah hampir 2 tahun di Indonesia dan mencapai puncaknya di bulan Juli yang lalu. Dengan menjalankan 6 M tersebut, berarti ‘saya melindungi engkau dan engkau melindungi saya’ artinya saling menjaga.

Mari kita sambut dimulainya sekolah tatap muka, karena sejumlah pelajar sudah begitu menginginkan segera belajar tatap muka. Sebagaimana Mas Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi mengatakan bahwa siswa mulai dari PAUD sampai dengan SMA/SMK sudah boleh belajar tatap muka dengan syarat pelaksanaannya mengacu pada PPKM di masing-masing daerah dan Keputusan Bersama  (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Sekolah yang berada di zona PPKM level 1 dan 2 dapat memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas dengan syarat tetap mengutamakan keselamatan dan  kesehatan warga sekolah.

Sekolah tatap muka terbatas bukan sekolah seperti biasa sebelum pandemi covid-19. Untuk meluruskan mispersepsi yang terjadi dalam beberapa pemberitaan terkait pelaksanaan PTM terbatas, dijelaskan bahwa kelas diisi 25% siswa dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan selama 2 jam dalam sehari dan 2 kali pertemuan dalam se minggu. Ketentuan itu harus benar-benar dipatuhi dalam pelaksanaannya  sebagai Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di masa pandemi covid-19.

Sementara untuk daerah yang berada di level 3 dan 4, masih harus menggelar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dalam SKB tersebut dinyatakan bahwa pada tahun ajaran baru 2021 – 2022, yakni bulan Juli, sekolah diberikan opsi untuk melaksanakan PTM terbatas untuk menghindari dampak-dampak negatif berkelanjutan kepada peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Mas Nadiem sendiri sesungguhnya ingin bila sekolah tatap muka terbatas dibuka, karena sudah cukup lama melakukan PJJ yang membawa dampak negatif pada anak. Anak-anak mengalami kejenuhan dan kebosanan di dalam rumah. Mereka merasakan kejenuhan karena begitu banyak video conference yang mereka lakukan di rumah.

Kondisi belajar menjadi tidak dinamis, anak bisa mengalami stres atau bahkan depresi karena kesepian, tidak ketemu dengan teman-teman dan gurunya, juga terlalu banyak berinteraksi di rumah dan kurang ke luar rumah. Belum lagi dukungan infrastruktur dan teknologi yang kurang memadai, sehingga PJJ yang berlangsung lama ini ingin rasanya segera diakhiri, supaya tidak terjadi gangguan kesehatan mental anak namun, kenyataannya demi kesehatan seluruh warga bangsa, PPKM diperpanjang lagi dan lagi. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Sekolah, Akademi, Perguruan Tinggi, tempat Pendidikan dan Pelatihan) masih dilakukan secara daring/on line.

Rencana menyelenggarakan Pembelajaran secara campuran (Blended Learning) pun sudah dirancang namun sepertinya tidak mudah untuk dilaksanakan. Berhubung pandemi covid-19 belum usai, sebaiknya jangan dulu santai. Ingat, di luar Jawa dan Bali kasus corona cenderung naik lagi. Hal ini harus ditangani/di atasi dengan sigap dan cepat supaya corona segera enyah dari bumi Indonesia. Memperingati dan merayakan hari kemerdekaan yang ke 76 ini kiranya semua rakyat Indonesia semakin matang dalam berpikir dan bertindak dengan lebih disiplin, lebih mawas diri, selalu ‘eling lan waspodo’ (ingat dan waspada).

Bahwa corona itu tidak pandang bulu, ia menyerang siapa saja tidak peduli orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau berjabatan tinggi, orang dewasa, lansia dan anak-anak, pendeknya wabah yang  satu ini benar-benar harus diwaspadai. Sudah berapa banyak anak menjadi yatim atau bahkan yatim piatu, berapa banyak pencari nafkah keluarga kehilangan mata pencaharian/pekerjaan, belum lagi anak-anak usia sekolah menjadi putus sekolah. Padahal bangsa Indonesia kini sedang menuju Indonesia Emas, sedang menyiapkan SDM unggul, sedang bersiap-siap mensejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya di dunia ini.

Usia 76 tahun sudah tidak elok menyandang predikat ‘negara sedang berkembang’ terus, apalagi menambah tumpukan deretan pengangguran baik yang terdidik maupun yang tidak. Ayo bangkit bangsa ku, biarlah hari kemarin menjadi pelajaran dan kenangan, kita hidup di hari ini dan kita song-song hari esok yang penuh harapan, isi dengan mimpi-mimpi indah dan tetap semangat meraih cita-cita. Semangat 45 harus tetap menyala. Memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 76 hendaknya menjadi momentum yang baik bagi kita semua.

Jakarta, 17 Agustus 2021

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – tyasyes@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun