Mohon tunggu...
Dihandayani
Dihandayani Mohon Tunggu... Wanderer. Lecturer by Job -

I read. I write. I think. I learn. Saya juga ngeblog di http://dihandayani.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Berani Katakan Tidak pada Budak Mode Hijab? (Refleksi Kisah Mualaf)

9 Maret 2014   10:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu menarik menyimak kisah para mualaf. Mereka yang menemukan jalan kembali pada fitrahnya. Kesadaran mereka pada Islam tidak hanya sebagai agama dan kepercayaan. Namun lebih sebagai jalan hidup. Hal yang justru sering tidak disadari oleh kita yang terlahir sebagai muslim.

Termasuk diantaranya kisah Sara Bokker. Berprofesi sebagai artis dan model di negara adidaya Amerika Serikat, dia memiliki keyakinan bahwa penampilan adalah segalanya. Kehidupan bebas dan keinginan menjadi pusat perhatian, gaya hidup seperti itulah yang ia ketahui, dan gaya hidup seperti itulah yang ia jalani.

Budak Gaya Hidup

Menurut IslamicInformation.net, Sara Bokker terlahir di tengah keluarga yang juga menjalankan aktivitas ibadah. Namun rutinitas ibadah yang ia jalani tidak mampu mengisi kekosongan jiwanya. Kekosongan itulah yang ia coba isi sepanjang perjalanan hidupnya. Berhasil hidup mandiri jauh dari keluarga membuat dirinya terbebas. Dirinya menjadi budak penampilan dan gaya hidup. Puas menenggak kenikmatan hidup, ternyata jiwanya masih terasa kosong. Pencariannya membawanya pada konsep universal kemanusiaan dan kedamaian dunia. Dirinya tergerak menjadi aktivis dan feminis. Meditasi dan yoga memberinya ketenangan. Namun dia menginginkan lebih. Dia membutuhkan aturan dan struktur.

Dalam perjalanannya sebagai aktivis itulah dirinya dipertemukan dengan Islam. Perkenalannya dengan sesama aktivis pemeluk Islam membawanya pada kisah-kisah yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Kisah Rasulullah SAW mebuatnya takjub. Namun kekerasan hatinya masih menolak konsep posisi perempuan dalam Islam. Kewajiban mengenakan hijab dan keharusan tunduk patuh pada suami merupakan konsep yang belum dapat ia terima.

Jalan itu Islam dan Pembebas itu Hijab

Selanjutnya inilah yang disebut hidayah. Dalam lubuk hatinya dia telah menemukan apa yang selama ini dia cari. Aturan, struktur. Islam yang berarti selamat merupakan jalan hidup yang mampu mengisi kekosongan hatinya. Akhirnya, Islam memberikannya alasan untuk hidup. Awal 2003, sehari setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, dirinya langsung berbelanja pakaian muslimah. Setelah menutup dirinya dengan hijab, seketika itulah dia merasa terbebas. Bahkan belakangan atas izin suaminya, dirinya juga menggunakan cadar. Tidak lagi menjadi budak fashion dan gaya hidup. Baginya kini hanya ada satu, ketenangan batin dan menjalani hidup sesuai tuntunan Islam.

Setelah memeluk Islam dan menutup rapat auratnya, dirinya tetap menjadi aktivis dan feminis, feminis muslim, demikian menurutnya. Sebagai feminis muslim, Sara Bokker aktif mengajak para perempuan muslim untuk memahami peran dan fungsinya. Sebagai istri yang mendampingi suami, sebagai ibu yang mendidik dan mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kehidupan mereka pada waktunya. Sebagai pribadi muslim, merupakan hak dan kewajiban mereka menyeru pada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Sebagai pribadi muslimah, perjuangan membela hak mereka dalam mengenakan hijab merupakan perjalanan yang harus ditempuh. Sesungguhnya hijab bukan penghalang, namun pembebas.

Refleksi

Hijab memang bukan penghalang. Dengan berhijab pun perempuan muslim menunjukkan dapat berprestasi di segala bidang. Banyak sudah contohnya yang kita lihat saat ini. Hijab benar, merupakan pembebas. Bebas menunjukkan jati diri kita sebagai muslimah. Bebas unjuk prestasi tanpa dipengaruhi bentuk fisik kita. Namun benarkah demikian? Jangan-jangan hal itu sudah bergeser. Memang bukan dari bentuk fisik, orang menilai kita, namun dari gaya hijab kita, model kerudung kita. Dengan berhijab seharusnya tidak menjadikan kita budak fashion. Namun benarkah kita bukan budak mode? Jangan-jangan tanpa disadari kita telah menjadi budak hijab tutorial dan model dress terkini?

Tentu saja saya di sini bukan menghakimi. Namun seorang mualaf dengan jalan hidup berliku mampu berubah dari seorang budak fashion hingga meraih kebebasan dengan berhijab. Jangan-jangan yang terjadi pada kita justru kebalikannya, menjadi budak mode hijab terkini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun