Memang ada dua sebab yang mungkin muncul jika melihat banyaknya jumlah pelanggar yang tertangkap. Pertama, polisi gencar dalam melakukan penertiban, sehingga banyak pula pelanggar terjaring. Kedua, masyarakat memang tidak ngeh dengan peraturan atau rambu yang ada. ini bisa terjadi karena mereka memang tidak tahu (malas belajar), mereka tahu tapi tetap melanggar, atau mereka tahu tapi tidak bisa menghindar (sebab terlanjur terjebak).
Dengan model-model jebakan macam di dua lokasi tempat saya kena tilang tersebut, saya setengah yakin polisi masih akan terus menemukan pelanggar-pelanggar di lokasi itu. Sampai rambu itu diperjelas, korban-korban masih akan berjatuhan. Memang polisi menang banyak. Pertama, tingginya pelanggar yang tertangkap, seperti saya sebut tadi, bisa mengindikasikan bahwa polisi gencar melakukan penertiban. Artinya kinerja polisi akan dinilai bagus. Kedua, pundi-pundi uang pelanggar mengalir dan terus mengalir, entah ke tangan polisi, kepolisian, atau kas negara. Sungguh indah.
Demikian sedikit curhat, kritik, dan saran saya. Saya berharap polisi (lalu lintas) mau berbaik hati, sehingga petunjuk di kedua lokasi itu segera diganti atau diperjelas. Jangan lama-lama, agar tidak seperti penggantian plat nomor saya (dan buanyak orang lain) yang harus ditunggu satu tahun atau lebih.
Selamat bekerja, jangan lupa sarapan, Pak Polisi.
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H