Panggilan dari hati, inilah alasan  Diedit Setiawan Rifa'i Subodro mengabdikan diri di Keraton Yogyakarta sejak usianya yang masih muda.
Lelaki ini memang sudah akrab dengan keraton sejak kecil karena eyang buyutnya adalah salah satu abdi dalem golongan keprajan. Diedit masih memiliki ikatan darah keluarga keraton Yogyakarta. Ayahnya adalah keturunan HB II dari GKR Kedhaton.
Diedit memulai magang di Keraton sejak masih duduk dikelas 2 SMK, dan menyandang abdi dalem golongan punokawan. Saat diwisuda menjadi abdi dalem pada jumat legi, 27 desember 2019 atau 29 Bakda Mulud yang bertepatan pada hari ulang tahun Sultan / wiyosan dalem dalam kalender jawa.
Ia sekarang ditugaskan di Kawedanan Hageng Punokawan Widyabudaya, yang mengurus arsip dan manuskrip milik keraton, pusaka-pusaka warisan berupa naskah dan manuskrip selain itu, juga mengurus beberapa hajad dalem atau upacara adat di keraton seperti labuhan, numplak wajik, jamasan, dan garebeg.
Beberapa orang terdekat Diedit masih melakukan marak sowan sampai dengan eyang buyutnya, namun terputus di ayahnya, karena ayahnya menyampaikan bahwa hatinya belum siap. Diedit mengatakan keputusannya menjadi abdi dalem tak ada tekanan dari siapapun, itu murni keinginan hatinya.
Seminggu sekali, pada hari kamis Diedit menjadi abdi dalem di keraton, selain itu Ia juga bekerja di PT Mamahke jogja sebagai pramuniaga. Namun saat di keraton ada tugas, Ia diizinkan tidak masuk dengan syarat semua pekerjaan sudah selesai.
Sebagai generasi milenial, tidak ada kendala sama sekali ketika Diedit dengan status abdi dalem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sekalipun. Banyak sekali pelajaran yang ia dapatkan, ia merasa lebih bisa sabar, dan lebih tenang dalam menyikapi hal apapun. Orang tua Diedit pun juga menilai putra satu-satunya ini sekarang lebih mandiri.
Diedit mengatakan memiliki salah satu hobi yaitu  memasak masakan indonesia, khususnya lagi jawa tradisional. Menurutnya, dengan memasak kita jadi lebih mengenal apa yang kita makan, tidak hanya sekedar kenyang dan nikmat, namun maknanya jauh lebih dalam. Itu juga salah satu hal yang ia dapat di keraton.
Tidak harus menjadi abdi dalem. Dengan menjaga tata krama terhadap sesama, dan juga kepada yang lebih tua itu sudah sangat cukup. Namun sangat perlu mengenal lebih jauh tentang sejarah dan belajar adat istiadat, supaya jangan sampai wong Jawa ilang Jawane.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H