Masih Ingat? ketika di masa awal dan hangat hangatnya menjadi Wakil Gubernya pak Presiden Jokowi, kita di suguhkan pemandangan baru tentang berkharakternya salah satu Pemimpin di daerah Indonesia ini : Pemimpin Jakarta.
Khususnya untuk pak Wagub, seorang tokoh Pemimpin hasil Demokrasi, tapi mampu keluar dari tekanan, dan tanpa thedheng aling-aling (istilah jawanya) memimpin sesuai style yang dia punya.
Demokrasi : Pisau 2 Sisi
Demokrasi selalu memiliki 2 sisi tajam bagi pemainya. Siap mengiris lawan atau akan mengiris diri sendiri. Demokrasi menjadi titik kulminasi peradaban kasta. Dimana tidak lagi struktur Ksatria yang akan memimpin rakyat. Tapi kasta Sudra pun memiliki peluang, kesempatan yang di samakan untuk memimpin.
Walhasil, ketika kasta sebagai kontrol sosial yang paling utama --yang masih di praktekkan-- oleh sistem monarkhi ini hilang, maka momentum demi momentum clash antara fakta kepemimpinan dan fakta ketokohan yang twlah mewujud nyata pun terjadi
Seorang yang `mewakafkan` dirinya pada sebuah sistem Demokrasi, sudah selayaknya ingat, sebagaimana Ahok di Pilkada DKI Jakarta yang dipilih melalui jalur partai politik demokrasi bukan independen theokratis.
Sebenarnya Demokrasi ada baiknya. Mengajari pelakunya untuk memilki Keihlasan yang Double. Harus Ikhlas ketika pilihannya sama, ataupun tidak sama dengan pilihan sistem demokratis.
Tidak bisa hanya suka ketika pilihan demokratisasi ini berhasil membuat unggul dirinya, lalu menjadi kontra-membuat gerakan perlawanan di lain sisi ketika pilihan demokrasi tidak berhasil melanggengkan kekuasaan yang sudah diraihnya.
Inilah substansi yang sesungguhnya, b ahwa pemimpn yang dipilih dari proses demokrasi, hakekatnya adalah `pelayan masyarakat`. bukan malah berlaku sebagai raja.
Seorang Tokoh yang bisa menemukan, lalu menggusur kelemahan rakyatnya untuk di ganti keoptimisan dan Kekuatan. Tentu bukan menggusur rakyat yang lemah. Untuk itu,  Ahok pernah bilang Ahok: Pemimpin Harus Berani Berkorban untuk Rakyat  [Baca : Pemimpin Harus Siap Berkorban untuk Rakyat ]
Untuk itu, Kita dapat mengambil contuh tauladan, Â tahun lalu, Walau Tak Merayakan, Ahok Ikut Berkurban Seekor Sapi. Sebagai implementasi nyata pengorbanan itu tanpa memandang ke-Agamaan, ke-Sukuan, -ke Dirian, tapi benar benar melakukan pengorbanan untuk rakyat yang di pimpinnya. [Baca: Ahok Ikut Berkurban Sapi]