*Narasi Judul : Kompasiana Wenning Tyas [caption id="" align="aligncenter" width="394" caption="sumber : mirror.co.uk"][/caption] Baru Saja, beberapa hari yang lalu mirror.co.uk, menurunkan berita manekin model pakaian seorang ibu hamil. Manekin wanita hamil memang Biasa. Tapi kalau manekin Ibu-ibu hamil yang masih menggunakan seragam sekolah? ....It's enough to make shoppers stop in their tracks and do a double-take. Yes, they are mannequins of pregnant schoolgirls.  The shocking display in a Caracas shopping mall is stirring debate over sex education in Venezuela... Dan Kemarin, kompasianer Wenning Tyas, juga  menulis Fenomena Nyata tentang  Siswa (Catatan Bahasa : Baca "Siswi", karena kalau "Siswa" bisa jadi beda kasus : homoseks ~pen)  Naksir Gurunya  [Baca :  fenomena siswa naksir guru] Antara Venezuela dan Indonesia, Dua tempat yang sangat jauh, di batasi oleh lautan dan benua, namun terikat dalam satu korelasi kajian kejiwaan yang sama. Yang Pertama,  Berani hamil dengan berseragam sekolah itu : Nyata. Yang Kedua,  Berseragam Sekolah dan mampu Mencintai itu : Manusiawi Sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya membahas seorang wanita muda yang secara eksplisit menyatakan dirinya mulai tumbuh emosi dan rasa cinta yang oleh zaman ini : di Salahkan.  Walhasil, banyak yang bercinta diam diam. Padahal, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang berhak untuk mengungkung perkembangan  kejiwaan tumbuhnya rasa suka dan cinta serta Psikologis seorang lain. Kenyataan Psikologi sosial; Bukan Sinetron [caption id="attachment_375858" align="aligncenter" width="464" caption="Sebuah surat Cinta (Didapatkan dari account Fb)"]
[/caption] Masalah psikologi sosial semacam ini, bukan tentang pengaruh Sinetron. Ingat bagaimana --bahkan--  Pelaku Sinetron Sendiri, menjungkir balikkan theori Script Senetronnya yang ia Lakoni, yang mungkin juga malah sudah Hapal di luar kepala tiap Saban hari  : Rafi Ahmad dan Yuni Shara. Dalam klausus Psikologis yang paling dasar,  terlalu dini memberikan judge Sinetron mengubah psikologi seseorang dalam waktu yang Instan.  Jika ada, mugkin  perubahan perilaku sesaat dan bersifat ad hoc. Tapi untuk bersifat Permanen, tidak ada parameter jelas. Bukti : Sinetron dengan beragam tema Cinta di Teve tidak terbukti valid menekan angka perceraian. Dalam hubungan Rafi dan Yuni shara beberapa waktu lalu (meski kandas di kemudian hari) adalah bukti shahih juga  dan menjugnkir balikkan logika sinetron itu sendiri oleh Pelakunya : laki laki metropolis dengna gandengan cewek cewek abg yang masih cute dan seksi, terbantahkan oleh seorang brondong yang jalan dengan wanita yang sebenarnya malah cocok  untuk disebut sebagai Ibunya. Jadi, Fenomena Siswi Naksir Guru, adalah sifat alamiah siswi yang bersangkutan yang tumbuh kedewasaan dan berekmbangkan emosionalitas. Rasa mencintai dan suka kepada seseorang yang dia Anggap bisa dijadikan kawan sehidup dan sepenanggungan.
Bukankah banyak Laki laki muda dan Single? Wanita sebenarnya di karuniai sebuah alat di hati dan Otaknya yang mengirim sinyal  ke dalam alam bawah sadarnya diri tentang --bahwa tidak semua-- sosok laki laki yang bisa ia Terima untuk mengisi Hidupnya. Jadi, ini adalah inti jawaban. Kenapa ada seorang laki laki yang mencitai wanita pujaan hatinya 1000%, tapi malah justru wanita tersebut menolaknya, atau perjaka single yang ternyata juga belum ada wanita yang mau dengannya. Sebaliknya, ada Pria beristri, tapi 'masih laku' juga. Rahasianya,  seorang laki laki yang menikah itu, seolah `terbuka` aura Kelelakiannya (psychology and mentality).  Ini yang sering membuat wanita lain menjadi lebih tertarik --bahkan kepadanya-- daripada dulu saat ia masih bujang. Masyarakat mengganggap kondisi demikain  sebagai `second puber` laki laki, ketika mulai ada satu dua wanita baru di sekelilingnya. Padahal yang terjadi bukannya ada double puberitas! Tapi karena  laki laki menikah itu cenderung sudah `matang` dan lebih cair untuk menjalin hubungan dengan wanita.  Ada value psikologikal dan mentalitas yang berkembang dalam dirinya (Inner beauty) yang tanpa disadari `menyembul` keluar. Didapat dari kematangan diri hasil dari perjalanan rumah tangga, bekerja, ngurusi istri, anak mertua dsbg) sehingga mudah di tangkap oleh lawan jenis. Dan 'inner beauty' inilah yg sering belum muncul dari laki laki single, justru seringkali masih dominan sifat Childish/kekanak kananannya. Hal yang sama, bagi seorang wanita yagn sekitarnya mulai bisa menilai dan menagkan sifat sifat `keibuan`nya yang biasanya di usia 35an ke atas. Kenyataan seperti ini yang luput dari kajian dan theori Psikologi sosial kita sementara ini yang kita benarkan.  Teramuk konsultan perkawinan2, konsultan rumah tangga, terlebih landasan theori hukum hubungan laki laki perempuan itu sendiri, sehingga kajian yang mendalam tentang pelajaran psikologis laki laki vs psikologis wanita selalu Bangrut dan Amburadul hasilnya Semakin diyakini dan di jelaskan, justru yang ada malah tambah menjauhi realitas. Adalah fakta : bahwa di usia yang sama, antara laki laki dan Wanita, adalah wanita  Lebih dulu siap Kawin. lebih tanggap dan lebih masak awal emosionalitasnya. Terutama lagi, dalam hal hukum internasional yang tidak tertulis yang terjadi di Seluruh dunia, bahwa mayoritas wanita tidak memiliki kewajiban bekerja untuk memberi makan suami dan Anaknya. ".......
Sampai suatu ketika, sang istri dari Pak Guru merasa resah dan khawatir dengan sikap murid ini. Bukan cemburu, hanya merasa tidak nyaman dan tidak sepantasnya. Ketika si istri bertanya secara implisit kepada si murid di beberapa kesempatan, si murid malah terkesan menantang. "Ibu cemburu sama saya?".. Â (wenning Tyas) Wanita, dan jamaknya mammalia betina di dunia, adalah makhluk yang punya kemampuan psikologi defensif yang baik. Meski terkadang air matanya keluar, tapi hati wanita punya kemampuan yang hebat untuk masuk ke privasi Ego dirinya yang paling dalam, lalu melindunginya dengan Tameng Kura Kura yang begitu kokoh. S ehingga ada yagn bilang, wanita itu lebih kuat dari Pria. Kita juga sering dengarkan wanita bilang : Â
"Terserah orang lain. yang penting gue...," atau, Â
"Terserah gue. Masa Bodoh! ah" dan seterusnya. Pertanyaan siswi diatas kepada Istri gurunya
"Ibu cemburu sama saya?", membenarkan thoeri defens ini, dimana Psikologi defensif yang malah sudah mengakar di hati,  sehingga berubah menjadi psikologi penyerang (out-attact psikologcal) Ada bayak kejadian serupa di masyarakat, dari perjalananan psikologis yang terjadi secara alamiah ini , cuma masyarakat tidak berniat mengeksposnya, tidak merrespon, atau juga --yang biasanya terjadi-- adalah justru mencibirnya sebagai suatu perilaku psikologi yang kita salahkah. Untuk itu, di masayarakat yang terjadi justru perkembangan psikologi sosial yang tidak normal. Psikologi yang sakit. Tujuan Penciptaan  psikologi defensif wanita ini, sebenarnya sebagai suatu kharakter bagi wanita yang sangat baik. Justru Bukan kharakter menghancurkan. Karena kemampuan ini bisa menjadi suatu parameter hati dimana ia bisa masuk ke dalam Ego dirinya di suatu saat, dan Bisa membetengi egonya dari serangan luar yang bermaksud menghancurkan kebahagiaanya. Untuk itu, wanita mampu mejalankan peran menjadi Istri pertama, ke dua ke tiga (Dan di banyak  keluarga yang demikian yang tetap rukun dan bahagia) dengan baik. Dengan demikain , Psikologi sosial yang kita pegang saat ini,  yang terlebih tidak punya pijakan theologis, --tentang Relasi Pria-Wanita -- , adalah adalah hasil riset dan studi yang Paling bangkrut sepanjang Sejarah Manusia.
Catatan Penulis: Hanya saja di zaman yang penuh ke-gengsian ini, banyak wanita lebih menuntut dirinya (memaksa dirinya bahagia) sesuai dg persepsi orang lain;  daripada memilih bahagia dengan  yang benar lahir dari Persepsi yang ada dan tulus dari dalam hatinya/Fitrah. [caption id="attachment_375861" align="aligncenter" width="333" caption="Sumber : Facebook"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Healthy Selengkapnya