Banjir di Jakarta mengatakan kepada kita, bahwa kita hanya manusia biasa, yang tidak bisa melawan kehendakNya. Juga berkata, siapapun pemimpinnya bukanlah malaikat yang diturnkan untuk mampu membuat perubahan dalam hitungan menit. Disini saya sempat mengusulkan yang perlu dilakukan Pak Gub supaya tidak menjadi pihak di-bully dalam banjir ini. Diantara solusi itu, menampak kentara sebagai sebuah `penampakan` yang ada di Banjir di Manado dan Jakarta ini. --memang saya bukan korban banjir, tulisan ini menjadi sebuah kajian saran aksi saya sebagai keprihatinan kepada mereka-- Apa penampakan itu? tidak lain penampakan setumpuk sampah, yang disinyalir menjadi Faktor mainstream, diantara faktor geologis lainnya! [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="http://ahok.org/wp-content/uploads/2014/01/Banjir_LentengAgung_Foto_twitter_Viva-300x193.jpg"][/caption] Oleh itulah, saya berpikir, daripada Beli Bis Tingkat Kota Pariwisata, Pak Gub mending memperbanyak beli Truk sampah.karena mereka membuang sampah di sungai, pada tingkat yang lebih pragmatis, seringkali sebab kesulitan menmukan truk sampah atau pool sampah yang lebih dekat dengan rumahnya. Nah, pada `penampakan ini` Jika kita masih memahami sampah sebagai fenomena sosial budaya (saja), maka bagi saya itu adalah anggapan yang katro`. Jelas, bagi penduduk Indonesia yang religius ini, Penampakan sampah adalah `bagian Iman` yang sementara ini hilang dan; ingin menampakkan bagian dirinya sebagai penyatuan dengan baigan lain. Bagimana tidak? Mayor penduduk Jakarta adalah umat beragama # Dalam Hadits, mengajarkan : `Kebersihan Sebagian Daripada Iman` # Kita kebanyakan masih membuang sampah sembarangan --> tidak bersih # Penampakan Sampah Itulah bukti, bagian Iman kita lainnya yang tidak kita perhatikan, dan ingin menyatukan diri dengan bagian Iman yang ada pada diri kita, yakni sembahyang, taat kepada ortu juga kepada pemimpin Pak Gub, dan seterusnya, Nah loh! Renungan : Itulah, bila ingin tindakan yang riil untuk mengatasi banjir di tingkat yang lebih grassroot : Maka saya sebutkan : Bukan Dam, bukan Normalisasi Sungai, bukan Kapal Selam di Tengah Kota Jakarta, tapi Kewajiban menghadirkan Iman Islam kepada umat Beragama secara lebih Total dalam sendi kehidupan. Korelasinya, pada golongan manusia yang imannya tercerai berai seperti saya sebut diatas, diperlukan Pemimpin2, walikota, Camat. lurah RT/ RW yang Ulama Beneran, bukan sekadar Tahu Agama, apalagi hanya kenal sedikit tentang wilayah Iman. Apalagi, bila hanya samar samar tahu, atau bahkan ulama2 titipan, atau yang lebih sering baca Koran daripada Al quran, lebih senang buwat Proposal daripada datang ke pengajian. Sebab jelas, yang dimaksud kebersihan adalah satu bagian wilayah iman, bukan berarti bersih di rumah dan boleh membuang sampah di rumah tetangga ^_^ , eh disungai, ! Nah inilah tugas pemimpin ulama itu menjelaskan, jadi bukan hanya kemampuan legalisir bila ada berkas yang datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H