Mohon tunggu...
Handaka Mukarta
Handaka Mukarta Mohon Tunggu... Masinis - peziarah batin

Non schola sed vitae discimus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Kita Terbiasa Mendidik Anak Meremehkan (Pelajaran) Olah Raga"

11 Juli 2010   13:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Piala Dunia menjadi sorotan media masa & sumber inspirasi berbagai hal, namun hal yang jarang tersentuh, melihat Piala Dunia sebagai inpirasi pentingnya olah raga bagi manusia. Piala Dunia seolah menjadi ritual belaka yang tidak kena mengena dengan semangat berolah-raga. Dunia prestasi seolah menjadi panggung tersendiri para selebriti, setara dengan artis, musisi dimana orang hanya memperguncingkan apa dan mengapa seputar pernak-pernik ritual & kehidupan selebriti. Kurangnya kesadaran berolahraga tampaknya gejala yang lumrah di Indonesia. Seorang teman yang pelatih nasional dan guru OR sebuah sekolah swasta ternama, sempat menceritakan kegelisahannya " kita terbiasa mendidik anak utk meremehkan pelajaran olah raga" Dia lalu memberi bukti. Setiap memasuki musim ulangan semester, pelajaran olah raga di sekolah tersebut akan dikurangi bahkan ditiadakan sama sekali. Hal itu dilakukan, agar anak-anak lebih memiliki waktu belajar dan tidak menjadi kelelahan karena pelajaran olah raga. Kebijaksanaan demikian menurutnya tidak tepat. Justru pada saat kegiatan belajar siswa memuncak, mereka memerlukan refreshing dengan tetap memelihara stamina tubuhnya. Ukuran keberhasilan pendidikan bagi masyarakat dan institusi pendidikan kita terlalu menekankan aspek cognitive dan kurang menekankan aspek afektif serta aspek psikomotorik. Pendidikan menyangkut ketiga domain diatas. Anak-anak tidak dilatih menjaga keseimbangan hidup, antara mengelola pelajaran akademis dengan pelajaran olah raga kesehatan jasmani. Mensana In Corpore Sano Pelajaran olah raga tampaknya bernasib seperti pelajaran bahasa inggris, sama-sama diposisikan sebagai pengetahuan. Jarang pelajaran olah raga dilihat sebagai sarana untuk pembentukan mental, meningkatkan stamina atauendurance bagi siswa untuk menghadapi pelajaran serta tantangan kehidupan. Saatnya bagi kami pribadi untuk melakukan evaluasi atau pengakuan dosaterhadap hal ini. tulisan ini tidak berangkat dari catatan keberhasilan tetapi justru dari kegagalan. Dari kanker hingga juara Tour de Fance lance arsmtrong adalah satu-satunya atlet yg pernah menjuarai 7x berturut-turut lomba balap sepeda Tour de France. sebelum ia meraih kemenangan pertama kali pada usia 28th, usia dimana prestasi maestro bulu tangkis Rudy Hartono mulai memudar dan menggantungkan raket, Lance telah divonis cancer testiscular dng tumor yg telah mengalami metastase di otak dan paru-paru pada usia 25th. pada masa 3th yg menjatuhkan mental, mestinya lance armstrong lebih banyak menghitung hari sambil menunggu keajaiban. tapi ia melakukan perlawanan yg sedemikian hebat dng berlatih secara keras namun terarah melalui olah raga sepeda dan akhirnya Lance menciptakan keajaibanbagi hidup dan penyakitnya. "Pain is temporary, it may last a minute, or an hour, or a day, or a year, but eventually it will subside and something else will take its place. If I quit, however, it lasts forever." "Anything is possible. You can be told that you have a 90-percent chance or a 50-percent chance or a 1-percent chance, but you have to believe, and you have to fight." "Without cancer, I never would have won a single Tour de France. Cancer taught me a plan for more purposeful living, and that in turn taught me how to train and to win more purposefully. It taught me that pain has a reason, and that sometimes the experience of losing things–whether health or a car or an old sense of self–has its own value in the scheme of life. Pain and loss are great enhancers. Michael Fred Phelps meraih 8 medali perlombaan renang dalam olympiade memiliki alasan yg kuat untuk berprestasi dalam olah raga. pertama, ia mengidap attention-deficit/hyperactivity disorder sejak masa kecil, dimana ia menumpahkan energinya dengan olah raga. ia mungkin memiliki kompleks perasaan berkaitan dng ketidakhadiran ayahnya dalam masa pertumbuhannya. berkali-kali berurusan polisi karena tertangkap saat mengendarai mobil dalam keadaan mabuk, sejak usia 19 tahun. ketika ia mulai menekuni olah raga dan berprestasi. ia mendapatkan lebih dari sekedar penyaluran energi, popularitas dan kelimpahan materi. ia memiliki rasakebermaknaan terhadap hidupnya dan apa yg telah ia perjuangkan dengan seluruh kekuatan, jiwa & raga melalui olah raga. olah raga adalah sebuah latihan mental & fisik saya menyukai pandangan, bahwa olah raga bisa menjadi perwujudan dari aspirasi, obsesi, gagasan, kemauan dan tekad besar. "I think that everything is possible as long as you put your mind to it andyou put the work and time into it. I think your mind really controls everything." olah raga bisa digantikan dengan musik atau kegiatan apa saja, sesuatu yang memerlukan orientasi, kesungguhan dalam belajar, ketekunan dalam mengerjakan sesuatu secara teratur, tertib, terarah, konsisten. alangkah celaka jika kita berpuas diri dng IQ atau segala sesuatu yg bersifat pemberian. rupa atau ketampanan adalah sesuatu yang tidak bisa kita minta. tetapi kita bisa diukur lewat apa yg kita lakukan dan kerjakan. "I want to be able to look back and say, 'I've done everything I can, and I was successful.' I don't want to look back and say I should have done this or that. I'd like to change things for the younger generation of swimmers coming along." prestasi olah raga bukanlah tujuan akhir dalam satu kesempatan, Phelps melihat bahwa olah raga bukan sekedar olah raga, tetapi ada aspek lain yg dikembangkan melalui “Swimming is more than a once-every-four-years sport. My goal is to bring attention to swimming - to give it some personality.” dinding-dinding kelurahan, kecamatan, kabupaten atau level yg lebih tinggi jarang di pasang foto atlet2 lokal yg pernah mengharumkan wilayah setempat. mungkin kita terlanjur meremehkan olah raga dan melihat atlet sebatas profesi yg beresiko. kebanyakan merena di hari tuanya. lantas kita cenderung melihat permainan olah raga sebatas kalah atau menang, selebihnya, hiburan. tak ada yg dapat dipetik dari proses menuju kemenangan. ada satu cerita kecil dari kisah para pendiri google dalam buku Google story, tulisan david a.vise. waktu itu Sergey Brin tengah memulai program Phd nya ketika sang ayah bertanya " adakah mata kuliah lanjut yang kamu ambil pada semester 1 kali ini ?" sergey menjawab tangkas " Yes, advanced swimming". sepenggal percapan ini hemat saya menarik, karena menceritakan aspek yg unik dari seorang mahasiswa brilian yg tidak hanya kutu buku, doyan belajar tetapi juga sangat aktif dalam kegiatan olah raga, yi renang. saya heran, sejak kapan kita cenderung memisahkan kegiatan otak dan otot. seolah kegiatan otot lebih rendah dan kurang berharga dibandingkan kegiatan olah otak. "There's a thing called competition. It won't just be one athlete that will be competing, and in a lot of events he has a lot of strong competition."sebuah komentar tentang Michael Phelps

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun