Mohon tunggu...
Handaka Mukarta
Handaka Mukarta Mohon Tunggu... Masinis - peziarah batin

Non schola sed vitae discimus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Telah Berpulang Penggubah Lagu Bagi Para "Pemetik Bulan"

6 Juli 2010   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lekang dimakan waktu. Tak tertandingi oleh rupa-rupa lagu pop anak. AT Mahmud adalah seniman & pujangga besar Indonesia. Ia yang melukis berbagai keindahan alam dikanvas hati anak Indonesia, kini telah tiada. Telah berpulang penggubah lagu bagi para "pemetik bulan", tiada lagi pengarang "daun-daun cemara yang lentik bagi tangan penari" Jika kesanggupan menghadirkan keagungan, kebesaran alam & kehidupan, melalui bahasa sederhana adalah pencapaian, kesanggupan yang hanya dimiliki seorang empu, AT Mahmud adalah "empu" dalam bidangnya. Kehidupan, karya dan meninggalnya AT Mahmud mungkin tetap menjadi cerita sepi dipangggung politik nasional. Mungkin hal menikmati keindahan alam bukan perkara urgent bagi bangsa ini. Mungkin menyanyikan tembang-tembang anak-anak bukan peristiwa penting yg perlu dana pinjaman LN & menjadi perdebatan DPR.  namun saya kira AT Mahmud adalah nama yg akan tetap terpatri abadi bagi mereka yg memelihara hati sederhana dan perlu panduan suci utk menikmati segala ciptaannya melalui kidung-kidung anak yang apik. Pak AT Mahmud adalah seorang "religius" dalam arti yg sebenarnya. seorang "rohaniawan" yg bicara tentang sukacita & perdamaian tanpa bendera dan slogan-slogan yang melelahkan. Jika setiap seniman menampilkan gagasannya secara elok dan memikat, berbicara tentang tuhan dalam kelembutan & bahasa awam. Saya curiga, jangan-jangan ia seorang utusan Tuhan bagi kita semua. Sebagi orang yang tidak pernah mengenal pak AT Mahmud secara pribadi, namun sejak masa kanak-kanak sudah begitu akrab dengan lagu-lagunya. Menyebut duka cita atas kepulangannya terasa agak klise. Pak AT Mahmud telah mengakhiri pertandingan dengan baik bagi seorang penggubah lagu anak-anak. Maestro dalam bidangnya. Kami di rumah tidak larut dalam duka cita. Kami di rumah menundukan kepala lalu mencoba mengenang segala keindahan alam yang bapak telah lukiskan melalui gubahan lagu-lagu. Kami menyanyikan lagu "ambilkan bulan, bu" dan merasakan energi sukacita yang ditimbulkan. Demikianlah kami mencoba mengenal seorang yang pernah berkarya dalam sepi, melewati pasang surut sejarah turun-naik kekuasaan Indonesia yang pernah ia alami, sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kematian hanyalah fase berikutnya dari kehidupan. Namun, pak AT Mahmud telah meninggalkan "legacy" tak ternilai disetiap hati anak-anak. Kidung yang membekas di hati. Kidung yang secara lembut membisikan, alangkah indah menjadi Indonesia, alangkah bahagia menjadi ciptaan-Nya dan merayakan kehadiranNya disetiap helaan nafas kita, disetiap perjumaan sebagai warga Indonesia. Selamat Jalan Pak. Karya-karya AT Mahmud akan tetap abadi dihati setiap orang yang memelihara kelembutan seorang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun