Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengiris Hamparan Laut Teduh di Teluk Kao

31 Agustus 2021   18:58 Diperbarui: 31 Agustus 2021   19:25 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laut di pagi hari umumnya teduh atau tenang, sangat nyaman untuk melakukan perjalanan (@Hanom Bashari)

"Ah, tarada kong.."

"Apa..., itu botol minum so mo abis"

"Sudah, cepat gimana ini?"

"Tahan.." inti perbincangan ini adalah, pertama meyakinkan si punya hajat bahwa kami tidak bisa berhenti menepi. Kedua, lebih baik tahan saja sampai kami semua tiba di tujuan, namun itu masih beberapa jam lagi.

Akhirnya karena tidak bisa ditahan lagi, keluarlah kata-kata yang mengagetkan kami semua. "Ngoni semua babalik".

Sudahlah, saya tidak perlu meneruskan cerita ini secara rinci. Intinya kami semua akhirnya berbalik arah duduk, kecuali bapak pemilik kapal karena tidak mungkin ikut berbalik dan hanya menggunakan mata bathin mengarahkan kapal. Si empunya hajat menunaikan hajatnya, selesai.

Keadaan secara umum desa-desa di pesisir Halmahera pada 2010an (@Hanom Bashari)
Keadaan secara umum desa-desa di pesisir Halmahera pada 2010an (@Hanom Bashari)

Kami akhirnya tiba di Desa Lolobata sekitar sembilan pagi. Matahari telah cukup tinggi dan hangat pagi sudah mulai berubah panas. Namun perjalanan lancar tanpa hambatan. Kami bertemu sekretaris desa pagi itu juga, menjadwalkan pertemuan warga  yang akan kami laksanakan esok hari serta meminta izin untuk melakukan wawancara dengan beberapa warga desa dalam survei persepsi masyarakat  yang akan kami lakukan.

Perjalanan pagi hari dengan kapal memang selalu menyenangkan. Selain laut yang tenang atau teduh laksana membelah gelombang kaca, suasana pagi juga selalu membawa kesegaran, semangat, dan harapan perjalanan lancar.

Sesungguhnya, banyak daerah di Indonesia yang masih mengandalkan perjalanan antar desa menggunakan kapal-kapal seadanya yang mereka miliki. Laut menjadi penghubung antar pulau maupun antar desa dalam satu pulau. 

Maka kadangkala wajar ketika di beberapa tempat saya menemukan warga desa yang sudah cukup berumur, namun seumur hidupnya mereka tidak pernah keluar dari desa mereka, kecuali ke laut itu sendiri untuk mencari kebutuhan hidupnya, dan itu sudah cukup.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun