Bagi kami saat itu, satu-satunya hal yang mengganggu dalam suasana syahdu ini adalah, suara mesin perahu yang "kletak-kletok" cucup memekakkan telinga. Apalagi bagi kami yang duduk paling dekat mesin, termasuk saya. Tapi apa boleh buat, tanpa mesin ini, perahu kami tentu tidak akan melaju.
Karena kami melaju ke arah selatan, maka cahaya fajar tidak akan bisa kami lihat langsung muncul dari balik cakrawala karena terhalang Pulau Halmahera di sisi timur kami. Namun pukul lima lewat, jelas-jelas sudah memasuki waktu subuh di wilayah Maluku Utara saat itu.
Untuk sholat subuh, mau tidak mau saya berwudhu dari air laut yang ada di kanan kiri saya. Walaupun tanpa menjulurkan kaki sampai mencebur ke laut, saya semaksimal mungkin menyempurnakan wudhu saya.
Sholat tentu dalam keadaan duduk, tidak bisa berdiri. Secara teknis tidak ada kendala berarti. Saya tidak khawatir juga perahu akan oleng ke kanan atau kiri, karena dari tadi memang terasa sangat stabil. Suasana tenang ini, tentu membawa nikmat tersendiri dalam sholat.
Kantuk-kantuk mulai terasa ketika jelang matahari terbit. Beberapa dari kami bisa saling ngobrol biasa, namun harus dengan suara keras. Apalagi jika duduk berjauhan.Â
Nah, saat cahaya sudah menyeruak, laut mulai tampak jelas membiru, dan kami masing-masing sudah dapat melihat jelas hidung teman-teman kami semua, tiba-tiba salah satu teman kami, wanita, berteriak.
"Aduhhh, pengen p*p*s..." Sontak kami semua beranjak kaget dan segera mengomel. Jelaslah, kami tidak mungkin menepi hanya untuk urusan ini. Dengan saling berteriak, baku balas sahutan pun terjadi.
"Kenapa tidak tadi sebelum berangkat?"
"Sudah, tapi gimana, ini pengen lagi."
"Makanya jangan banyak minum."