Jadi ceritanya, saya ingin mengirimkan uang ke orang tua saya di Jakarta. Saya putuskan untuk menggunakan wesel. Saat itu saya baru saja menerima rapelan gaji saya di Manado. Pergilah saya ke Kantor Pos Manado, yang sampai sekarang gedungnya tidak berubah, di depan Golden Supermarket, Jalan Sam Ratulangi. Selain urusan pos, saya dulu sering ke sini karena terdapat warnet di sebelah gedung Kantor Pos ini.
Setelah mengisi seluruh blangko isian, kemudian petugas Kantor Pos menyatakan bahwa wesel akan sampai sekitar dua pekan (kalau saya tidak salah ingat). Saya pun kembali ke Kotamobagu. Niat hati memang tidak memberitahu orang tua. Tapi setelah dua minggu berlalu, saya coba telepon orang tua di Jakarta, tidak ada kabar ataupun cerita bawah mereka menerima wesel ini. Akhirnya setelah hampir sebulan, saya pun bertanya kepada ibu saya, apakah sudah menerima wesel saya dari bulan lalu. Jawabannya belum. Waduh, bermasalah ini, bagaimana kalau uang saya hilang, itu pikiran pertama saya.
Tak berapa lama, saya pun dapat kesempatan kembali ke Manado. Cepatlah saya menuju Kantor Pos dan menanyakan wesel yang saya kirim dengan bukti yang masih ada pada saya. Seingat saya, saya diminta kembali lagi esok harinya. Kembali lah saya ke Kantor Pos ini esoknya dengan komplain hal yang sama.  Dan, saya ingat betul, petugas Kantor Pos ini dengan santai menjawab bahwa wesel salah alamat. Hah…
Saya yakin jelas bukan salah saya. Ternyata wesel terkirim ke Kota Makassar. Koq bisa. Ya saya yakin ini bisa dan karena keteledoran petugas pos. Memang alamat orang tua saya di Jakarta juga berada di Kelurahan Makassar, Jakarta. Tapi sudah jelas-jelas itu Provinsi DKI Jakarta, kenapa nyasar sampai Sulawesi Selatan. Bukanlah banyak sekali nama lokasi di Indonesia yang sama. Mungkin hampir di setiap provinsi di Indonesia, ada yang namanya Kampung Makassar juga. Kenapa tidak cek baik-baik, gerutu saya. Yah, apa boleh buat. Akhirnya uang harus sampai setelah dua bulan sejak awal saya mengirim.
Namun demikian, dari semua gedung Kantor Pos yang pernah saya kunjungi dan gunakan, gedung Kantor Pos di Kota Gorontalo lah yang paling unik menurut saya. Gedung bangunannya jelas mencirikan gedung tua, dan memang gedung ini juga sudah masuk dalam Cagar Budaya sejak 2010. Konon bangunan Kantor Pos Kota Gorontalo ini telah berdiri sejak 1910 walaupun pernah dipugar pada 1959. Letaknya memang satu kompleks dengan bangunan-bangunan tua lainnya di sekitar Lapangan Taruna Remaja dan Kantor Walikota Gorontalo. Pada 1942, di halaman gedung ini juga pertama kali Bapak Nani Wartabone, pahlawan nasional asal Gorontalo, mengibarkan bendera merah putih pertama tanda deklarasi kemerdekaan dari Belanda.
Sekarang, saya hampir tidak pernah lagi mengunjungi kantor-kantor pos ketika saya berkunjung ke satu daerah. Saat ini, beberapa kali saya masih sempat memanfaatkan pengiriman lewat pos ketika ada barang yang tidak boleh dikirim oleh paket pengiriman swasta. Atau paling tidak saya mengunjungi Kantor Pos untuk membeli materai. Sedangkan bagi ibu saya, keberadaan Kantor Pos masih sangat penting, karena tiap bulan beliau berkunjung untuk mengambil uang pensiunnya. (6/12/20)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H